Modifikasi TI Muyes





SUMBER DAYA MANUSIA DAN PASAR TENAGA KERJA
Sebagai Tugas Terstruktur Kelompok
dalam Mata Kuliah Teknologi Informasi
Diampu oleh: Dr. Windhu Putra, SE, M.Si
Program Studi Ekonomi Islam




Disusun oleh:
KELOMPOK 4
          Yuniar Dwi Pramaswati            B1061151014
          Ade Wahyuni                          B1061151017
          Muyesaro                                B1061151033

          Desi Aji                                   B1061151037

          Uci Kurnia Bella                      B1061151041

         






FAKULTAS EKONOMI
DAN BISNIS
UNIVESITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
201
7






MODIFIKATOR : YUNIAR DWI PRAMASWATI
NO
NASKAH ASLI
NASKAH MODIFIKASI
1.
SUMBER DAYA MANUSIA DAN PASAR TENAGA KERJA

5.1       Pendekatan Ekonomi untuk Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhanpenduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan "per waktu unit" untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan sering digunakan secara informal untuk sebutan demografi nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia.

SUMBER DAYA MANUSIA DAN PASAR TENAGA KERJA

5.1       Pendekatan Ekonomi untuk Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan jumlah penduduk yang semakin bertambah di suatu wilayah, yang disebabkan oleh beberapa faktor pendorong juga adanya pertumbuhan penduduk ini akan mengakibatkan suatu hal yang dapat dikatakan negatif.Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan sering digunakan secara informal untuk sebutan demografi nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia.

2.
Orang yang pertama-tama mengemukakan teori mengenai penduduk adalah Thomas Robert Malthus yang hidup pada tahun 1776 – 1824. Kemudian timbul bermacam-macam pandangan sebagai perbaikan teori Malthus. Dalam edisi pertamanya Essay on Population tahun 1798 Malthus mengemukakan dua pokok pendapatnya yaitu : 1) Bahan makanan adalah penting untuk kehidupan manusia, 2) Nafsu manusia tak dapat ditahan.

Thomas Robert Malthus yang lahir pada tahun 1776 merupakan orang yang pertama kali mengemukakan teori tentang penduduk. Saat itu muncul beberapa pandangan sebagai perbaikan teori Malthus. Pada tahun 1798 Malthus mengungkapkan di edisi pertamanya Essay on Population dua pokok yaitu bahan makanan yang penting bagi manusia dan nafsu manusia yang tidak dapat ditahan.

3.
Malthus juga mengatakan bahwa pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dari bahan makanan. Akibatnya pada suatu saat akan terjadi perbedaan yang besar antara penduduk dan kebutuhan hidup.


Pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dari pada bahan makanan maka akan menyebabkan perbedaan antara penduduk dan kebutuhan hidup, ungkap Malthus.
4.
Pandangan Malthus dikembangkan sebagai reaksi terhadap pandangan dari ayah dan rekannya. Terutama Rousseau Esai Malthus dalam An Essay on the Principle of Population yang terbit pada 1798. Malthus meramalkan bahwa jumlah populasi akan mengalahkan pasokan makanan dan berdampak berkurangnya jumlah konsumsi setiap orang. Ia juga memprediksi ini akan terjadi di pertengahan abad ke 19. Akan tetapi prediksi ini gagal dikarenakan beberapa hal yaitu penggunaan analisis statisnya, kecendrungan perhitungan mutakhir dan proyeksi secara tidak terbatas ke masa depan yang selalu gagal untuk sistem yang kompleks.

Malthus memprediksi jumlah penduduk akan mengalahkan jumlah kebutuhan makanan, maka akan berdampak berkurangnya konsumsi tiap orang. Hal ini diprediksikan terjadi pada abad 19. Tetapi ramalan ini gagal, diakibat penggunaan analisis statis, kecendrungan perhitungan dan proyeksi tidak terbatas dan selalu gagal untuk sistem yang kompleks.
5.
Dalil yang dikemukakan Malthus yaitu bahwa jumlah penduduk cenderung untuk meningkat secara geometris (deret ukur), sedangkan kebutuhan hidup riil dapat meningkat secara arismatik (deret hitung). Menurut pendapat Malthus ada faktor-faktor pencegah yang dapat mengurangi kepincangan terhadap perbandingan antara penduduk dan manusia yaitu dengan jalan : 1) Preventive checks, yaitu faktor-faktor yang dapat menghambat jumlah kelahiran yang lazimnya dinamakan moral restraint. Termasuk didalamnya antara lain : (1) Penundaan masa perkawinan, (2) Mengendalikan hawa nafsu, (3) Pantangan kawin, 2) Positive checks, yaitu faktor-faktor yang menyebabkan bertambahnya kematian, termasuk di dalamnya antara lain : (1) Bencana Alam, (2) Wabah penyakit, (3) Kejahatan, (4) Peperangan


Malthus juga mengungkapkan bahwa peningkatan populasi penduduk secara geometris (deret ukur), dan kebutuhan meningkat dengan arismatik (deret hitung). Ia juga berpendapat ada faktor pencegah untuk mengurangi hal tersebut yaitu : 1) Faktor untuk menghambat jumlah kelahiran (Preventive check) dengan penindaan masa perkawinan, mengendali hawa nafsu, pantang kawin. 2) Faktor yang menyebabtkan kematian seperti bencana alam, penyakit, kejahatan, peperangan.
6.
Adapun beberapa kelemahan dari teori Malthus adalah : 1) Ia tidak yakin akan hasil preventive cheks. 2) Ia tidak yakin bahwa ilmu pengetahuan dapat mempertinggi produksi bahan makanan dengan cepat. 3) Teori ini tidak berlaku bagi negara barat.
Kelemahan dari teori Malthus ialah ia tidak yakin hasil preventive checks, tidak yakin pula jika ilmu pengetahuan dapat mempertinggi tingkat konsumsi dan teori ini tidak berlaku bagi negara barat.
7.
Teori Malthus memang benar dan berlaku sepanjang masa. Penganut golongan ini setuju dengan Teori Malthus, meskipun ada beberapa tambahan /revisi. Pengikut Malthus ini disebut Neo Malthusionism. Mereka beranggapan bahwa untuk mencapai tujuan hanya dengan moral restraint (berpuasa, menunda – perkawinan) adalah tidak mungkin. Mereka berpendapat bahwa untuk mencegah laju cepatnya peningkatan cacah jiwa penduduk harus dengan methode birth control dengan menggunakan alat kontrasepsi.

Pengikut Malthus ini disebut Neo Malthusionism. Mereka beranggapan bahwa untuk mencapai tujuan hanya dengan moral restraint (berpuasa, menunda – perkawinan) adalah tidak mungkin. Mereka berpendapat bahwa untuk mencegah laju cepatnya peningkatan cacah jiwa penduduk harus dengan methode birth control dengan menggunakan alat kontrasepsi.

8.
Namun ada beberapa  pendapat ilmuan yang menentang pendapat maltus  yakni “Aliran Marxist (Karl Marx dan Fried Engels)”. Aliran ini tidak sependapat dengan Malthus (bila tidak dibatasi penduduk akan kekurangan makanan). Karl Marx dan Friedrich Engels (1834) adalah generasi sesudah Maltus. Paham Marxist umumnya tidak setuju dengan pandangan Maltus, karena menurutnya paham Maltus bertentangan dengan nurani manusia.

Aliran Marxist (Karl Marx dan Fried Engels) menentang teori Maltus. Mereka menggangap bahwa teori Maltus bertentangan denga hati nurani manusia pada umumnya.
9.
Dasar Pegangan Marxist adalah beranjak dari pengalaman bahwa manusia sepanjang sejarah akan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Beda pandangan Marxist dan Maltus adalah pada “Natural Resource” tidak bisa dikembangkan atau mengimbangi kecepatan pertumbuhan penduduk. Menurut Marxist tekanan penduduk di suatu negara bukanlah tekanan penduduk terhadap bahan makanan, tetapi tekanan terhadap kesempatan kerja (misalnya di negara kapitalis). Marxist juga berpendapat bahwa semakin banyak jumlah manusia semakin tinggi produk yang dihasilkan, jadi dengan demikian tidak perlu diadakan pembatasan penduduk.

Patokan Marxist adalah manusia akan bisa menyesuaikan diri seiring dengan berkembangnya zaman. Pandangan Marxist dan Malthus berbeda jika dilihat dari “Natural Resource” yang tidak bisa dikembangkan. Menurut Marxist pertumbuhan penduduk bukan berorientasi pada jumlah bahan makanan, tetapi kepada kesempatan kerja. Sebab baginya semakin tinggi jumlah penduduk, maka semakin tinggi produk yang dihasilkan. Oleh karena itu tidak ada hak dalam pembatasan jumlah penduduk.
10.
Pendapat Aliran Marxist; 1) Populasi manusia tidak menekan makanan, tapi mempengaruhi kesempatan kerja. 2) Kemeralatan bukan terjadi karena cepatnya pertumbuhan penduduk, tapi karena kaum kapitalis mengambil sebagian hak para buruh. 3) Semakin tinggi tingkat populasi manusia, semakin tinggi produktifitasnya, jika teknologi tidak menggantikan tenaga manusia sehingga tidak perlu menekan jumlah kelahirannya, ini berarti ia menolak teori Malthus tentang moral restraint untuk menekan angka kelahiran.

Aliran Marxist : 1.) Jumlah penduduk tidak mempengaruhi jumlah makanan, tetapi mempengaruhi jumlah kesempatan kerja. 2.) Kemiskinan bukan karena pertumbuhan penduduk, akan tetapi karena para penduduk kapitalis mengambil hak dari para buruh. 3.) Semakin tinggi jumlah penduduk maka semakin tinggi produktifitasnya sehingga tidak perlu menekan angka kelahiran.
11.
Pada abad 20 teori Malthus mulai diperdebatkan kembali. kelompok Aliran Neo-Malthusian (Garreth Hardin & Paul Ehrlich), menyokong aliran Malthus, akan tetapi lebih radikal lagi dan aliran ini sangat menganjurkan untuk mengurangi jumlah penduduk dengan menggunakan cara-cara “Preventif Check” yaitu menggunakan alat kontrasepsi.

Abad 20 teori Malthus kembali diperdebatkan. Aliran Neo Malthus memperdebatkan aliran Malthus. Tetapi radikal dari aliran ini sangat menganjurkan mengurangi jumlah penduduk dengan cara “”preventif Check” yaitu menggunakan alat kontrasepsi.

12.
5.2       Investasi Pendidikan

Sebuah lembaga pendidikan mempunyai kans yang cukup besar di era persaingan, mendapat image positif serta dapat eksis di masa depan jika lulusannya banyak terserap di pasar kerja.  Langkah proaktif sebagai aktivitas dini dalam menyikapi perubahan yang cukup mendasar tersebut, merupakan tindakan antisipasi, reaksi responsif dan sensitif dari konsekuensi evolusi proses kemajuan pendidikan. Karena itu strategi yang direncanakan ini akan menjadi jalan pemerintah dalam mencapai tujuan, bukan by accident tetapi by plan. By plan akan matang jika diiringi perencanaan, pengendalian, design dan manajerial yang baik maka lembaga pendidikan akan menghasilkan lulusan yang kompetitif dan relevan di pasar kerja.

5.2       Investasi Pendidikan

Pendidikan menjadi lembaga yang sangat besar di era persaingan, mendapatkan image positif dan bisa eksis dimasa depan jika lulusan banyak terserap di pasar kerja. Sebuah sistem pendidikan sangatlah diperlukan karena hal ini lah yang nantinya akan mengatur jalannya pendidikan di sebuah negara dan akan menjadi pedoman untuk jalannya proses pendidikan tersebut. Sistem pendidikan terdiri dari beberapa komponen yang terdiri dari input, process, output, enviromental, dan, outcomes. Komponen-komponen tersebut mempunyai fungsi tertentu yang menjalankan sebuah fungsi struktur mencapai tujuan sistem tersebut.


13.
5.2.1    Konsep Pendidikan Berorientasi Tenaga Kerja

Konsep pendidikan berorientasi tenaga kerja di Indonesia, dipersiapkan untuk menyiapkan lulusan yang siap pakai, siap jual, siap guna dan mandiri. Langkah yang ditempuh dengan pendidikan berbasis life skill.

5.2.1    Konsep Pendidikan Berorientasi Tenaga Kerja

Salah satu tolak ukur dari keberhasilan suatu proses pendidikan adalah apabila ada relevansi hasil lulusan dengan pasar tenaga kerja dan bagi institusi pendidikan yang mempunyai unit produksi seharusnya mengarahkan produknya dengan kebutuhan pasar dalam hal ini dunia industri dan dunia usaha bahkan masyarakat luas.

14.
Pendidikan berbasis kecakapan hidup adalah pendidikan yang membekali kecakapan yang dimiliki oleh peserta didik untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif, kreatif dan inovatif mencari, menemukan solusi sehingga mampu mengatasi permasalahannya.

Berbicara soal pendidikan tidak hanya berbicara tentang ilmu pengetahuan. Pendidikan juga bisa membawa kita kepada kecakapan hidup yang artinya pendidikan dapat membekali seseorang untuk mau dan berani menghadapi masalah kehidupan secara alami tanpa ada rasa tertekan pada batinnya. Pendidikan berbasis kecakapan hidup juga bisa menemukan solusi sehingga peserta didik dapat mengatasi permasalahan yang dihadapinya.

15.
Konsep kecakapan hidup (life skill) lebih luas dari keterampilan untuk bekerja, tidak hanya sekedar keterampiian manual. Menurut Kaluge (2002), (Slamet, 2005) Kecakapan hidup dapat dipilah menjadi lima, yaitu; 1) kecakapan mengenal diri (self awarness), yang juga sering disebut kemampuan personal (personal skill), 2) kecakapan berpikir rasional (thinking skill), 3) kecakapan sosial (social skill), kecakapan akademik (academic skill), dan 4) kecakapan vokasional (vocational skill) ".

Life Skill atau kemampuan hidup tidak hanya sekedar kemampuan keterampilan manual. Kaluge dan Slamet berpendapat kecakapan hidup dibagi menjadi 5 yaitu kemampuan mengenal diri sendiri (Self Awarness) atau kemampuan personal (Personal Skill), kemampuan berfikir rasional (Thinking Skill), kemampuan sosial (Social Skill), kemampuan akademik (Academic Skill), kemampuan vokasional (Vocational Skill).
16.
Setelah kecakapan hidup yang diberikan, maka seorang peserta didik juga digali kemampuan dan potensi kecerdasannya dari delapan macam kecerdasan (Gardner, 1993), yaitu: 1) Linguistic intelligence, 2) Logical-mathematical intelligence, 3)  intelligence, 4) Bodily-Kinesthetic intelligence, 5) Musical intelligence, 6) Interpersonal intelligence, 7) Intrapersonal intelligence, 8) Naturalist intelligence

Apabila sesorang telah memiliki kemapuan dan potensi kecerdasannya dari 8 macam kecerdasan (Gardner, 1993) yaitu Linguistic Intelligenci, Logical Mathematical Intelligence, Intelligence, Bodily Kinesthetic Intelligence, Musical Intelligence, Interpersonal Intelligence, Intrapersonal Intelligence, dan Naturalist Intelligence.


MODIFIKATOR : MUYESARO

NO
NASKAH ASLI
NASKAH MODIFIKASI
1.
Menurut BPS pengangguran terbuka merupakan bagian dari angkatan kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan (baik bagi mereka yang belum pernah bekerja sama sekali maupun yang sudah pernah berkerja), atau sedang mempersiapkan suatu usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin untuk mendapatkan pekerjaan dan mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.

Bagian pengangguran terbuka tidak hanya yang tidak bekerja melainkan juga pengangguran yang mencari pekerjaan atau yang tengah mempersiapkan untuk berwirausaha. Dan untuk bagi mereka yang tidak mencari pekerjaan itu dikarenakan mereka berfikir tidak mungkin untuk mendapatkan nya selain itu juga ada yang sudah memiliki pekerjaan namun belum memulai nya.

2.
Pengangguran memberikan problematika tersendiri bagi negara. Pengangguran dapat mempengaruhi daya beli masyarakat. Karena tidak adanya pendapatan yang diterima, pengeluaran untuk membiayai kehidupan sehari­hari pun menjadi terganggu. Hal ini kemudian akan membuat masyarakat menjadi miskin atau semakin miskin. Selain itu, meningkatnya pengangguran terbuka sebagai akibat tidak terkelolanya ketenagakerjaan dengan baik dapat memberikan dampak serius, seperti meningkatnya kriminalitas yang selanjutnya dapat menganggu stabilitas negara. Makin tinggi jenjang pendidikan si penganggur, akan semakin berbahaya bagi negara.



Masalah adanya pengangguran tidak hanya merugikan dirinya sendiri melainkan juga dapat merugikan orang lain bahkan bagi masyarakat luas dan negara. Karena adanya pengangguran dan tidak adanya pendapatan sistem daya beli masyarakat berkurang sehingga menyebabkan masalah lain dan pengangguran juga dapat menyebabkan kriminalitas seperti, mencuri , merampok dan sebagai nya hanya untuk memperoleh pendapatan.

3.
Sampai saat ini dinilai belum terjadi atau belum sepenuhnya terjadi link and match (keterkaitan dan kecocokan) antara dunia pendidikan dengan dunia usaha. Dengan kata lain belum terjadi sinkronisasi antara lembaga penyelenggara pendidikan dengan perkembangan lapangan pekerjaan. Dampaknya adalah banyak lulusannya yang kemudian tidak terserap oleh pasar kerja, sehingga menimbulkan atau bahkan menambah tingginya tingkat pengangguran. Lembaga penyelenggara pendidikan pada umumnya lebih terfokus pada lulusan berkualitas, namun kurang memperhatikan kebutuhan pasar itu sendiri.

Seperti yang kita ketahui persentase pengangguran lebih dominan pada lulusan S1 itu disebabkan karena dunia pendidikan dan pekerjaan belum sama atau belum adanya kecocokan, contoh nya banyak lulusan ekonomi yang menganggur karena banyak nya lapangan pekerjaan untuk lulusan lain misal nya. Penyebab lain adalah penyelenggara pendidikan hanya memperiotitaskan pada lulusan yang baik dan tidak memikirkan lapangan pekerjaan nanti nya.
4.
Melihat keadaan ini memang sangat diperlukan perencanaan yang matang dan juga analisis kebutuhan peluang­peluang kerja yang ada, dan yang diproyeksikan akan besar kebutuhannya. Analisis tersebut kemudian disinkronkan dengan pendidikan. Sebagai contoh adalah ketika Sarjana Ekonomi sudah begitu banyak namun kesempatan kerja untuk lulusannya tidak berubah, maka institusi pendidikan perlu mengurangi kuota mahasiswa dalam jurusan Ekonomi tersebut. Sebaliknya, ketika Sarjana Komputer/Multimedia yang akan banyak dibutuhkan, maka institusi pendidikan perlu menambah kuota mahasiswa dalam jurusan tersebut. Dengan demikian, terciptalah link and match antara pendidikan dan ketenagakerjaan, yang selanjutnya dapat menghindar dari pemborosan sumber daya pendidikan.

Dari situasi yang kita ketahui sekarang , maka kebutuhan-kebutuhan peluang kerja harus direncanakan dengan matang dan perlunya kecocokan antara pendidikan dan lapangan pekerjaan. Jadi dengan kata lain kita harus melihat terlebih dahulu kesempatan pekerjaan dibidangpendidikan apa yang paling dominan agar antar lembaga pendidikan dam pekerjaan sama, sehingga tidak adanya lulusan yang mengnggur dan pengangguran pun berkurang.

5.
Penanggulangan yang lain untuk  mengurangi  pengangguran adalah dengan menanamkan,  mensosialisasikan,  dan mendukung kewirausahaan.  Namun,  seperti tercatat dalam Sensus Ketenagakerjaan Nasional 2007, hanya 5 persen dari jumlah angkatan kerja Indonesia yang berminat pada kewirausahaan. Selebihnya lebih memilih menjadi karyawan maupun pegawai yang bekerja dengan mendapatkan gaji atau upah.
Cara lain untuk meminimalisir pengangguran adalah dengan menciptakan kewirausahaan sendiri, dengan berwirausaha sendiri kita tidak perlu bersusah payah mencari pekerjaan dan upah dari orang lain , tetapi dari yg kita ketahui kemauan untuk berwirausaha sangat kecil, karena akan takut nya rasa rugi dan tidak maju menjadi penyebab utama berwirausaha , maka dari itu kebanyakan orang memilih untuk bekerja dan mendapat gaji dari orang lain.
6.
Sebagaimana diketahui bahwa kewirausahaan tak diragukan lagi merupakan salah satu solusi terbaik dalam menghadapi pengangguran dimasa seperti sekarang ini. Selain menciptakan pekerjaan bagi diri sendiri, kewirausahaan juga membuka kesempatan kerja bagi orang lain. Namun kewirausahaan sangat membutuhkan dukungan dari pemerintah, termasuk dukungan modal, sarana dan prasarana.

Dengan melakukan kewirausahaan sendiri kita dapat memberikan kesempatan pekerjaan untuk diri sendiri bahkan untuk orang lain. Kewirausahaan pada umum nya membutuhkan tekad yang kuat dan berani untuk memulai dari nol tak hanya itu berwirausaha juga membutuhkan dukungan kuat dari orang sekitar bahkan pemerintah untuk dalam segala hal. Sebagai contoh pemerintah perlu nya memberikan seminar umum tentang berwirausaha untuk umum dan semua kalangan masyarakat guna menciaptakan niat untuk berwirausaha.
7.
Selain itu, kewirausahaan biasanya tumbuh dan berkembang diantara mereka yang memiliki keluarga dan lingkungan yang sudah melakukan kegiatan wirausaha. Dengan demikian wirausaha sudah menjadi budaya mereka sejak kanak­kanak. Untuk kelompok ini, pemerintah tidak perlu menumbuhkan budaya wirausaha lagi. Bagi mereka, yang penting pemerintah dapat memberikan iklim usaha yang sehat.

Dalam berwirausaha biasa nya dapat diperoleh dari turun temurun keluarga seperti seorang ayah yang memiliki usaha rumah makan dan dikemudian hari pasti usaha tersebut akan diwariskan kepada sang anak meskipun sang anak tidak memiliki skill dalam usaha tersebut . jadi dalam hal tersebut warisan usaha merupakan salah satu yang dapat dikembang kan dikemudian hari. Dan pemerintah hanya perlu memberi arahan-arahan berusaha yang baik dan benar .
8.
Oleh karena itu, instansi terkait perlu menumbuhkan kelembagaan budaya wirausaha melalui usaha­usaha pendidikan dan kegiatan­kegiatan lainnya, menciptakan iklim usaha yang kondusif, kepastian usaha, stabilitas ekonomi dan politik sehingga dapat menarik dan menggiatkan kewirausahaan yang selanjutnya membuka lapangan pekerjaan yang lebih besar. Lapangan pekerjaan inilah yang sangat dibutuhkan dalam meminimalisir pengangguran, baik yang terdidik maupun yang tidak terdidik.

Perlu nya mencipatakan rasa kelembagaan unuk budaya wirausaha sangat penting, membuat uasaha yang aman serta damai serta harapan yang naik untuk kedepan nya dan lain sebagai nya untuk memberikan usaha lain kedepan nya dan mebuat lapangan pekerjaan yang lebih besar dala segi apapun sehingga juga membuat pengangguran berkurang untuk semua tingkatan .


9.
Manajemen ketenagakerjaan memang bukan hal yang mudah. Namun apabila didukung oleh perencanaan pendidikan dan analisis kesempatan kerja yang akurat, serta iklim yang kondusif bagi wirausahawan, tentu pengurangan tingkat pengangguran akan dapat terealisasi.

Mengatur  lapangan pekerjaan tak semudah membalikkan telapak tangan butuh waktu dan proses yang panjang , akan tetapi jika perencanaan pendidikan yang matang serta kesempatan kerja yang baik dan benar dan waktu yang pas untuk berwirausah , maka itu semua akan dapat mengurangi tingkat pengangguran di daerah kita bahkan di negara ini.

10.
Keilmuan yang mendasar dan fokus mengajarkan sesuatu itu kuat, fokus dan benar- benar menjadikan ia pakar, bukan setengah-setangah atau “Jadi bisa saja”. Contoh ; jurusan teknik atau rekayasa kurang perlu menempuh mata kuliah yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan ilmu dasar bidang rekayasa, jika hal itu memperlambat waktu lulus dan menyebabkan rendahnya kompetensi Iulusan, Hal ini dirasa akan menambah beban dan menghabiskan waktu proses belajar yang terfokus pada teori. Oleh sebab itu, sebaiknya digantikan dengan praktek dan ilmu yang lebih relevan sesuai tuntutan pasar.

Dalam sistem pendidikan harus adanya mata kuliah yang benar-benar memfokuskan pada bidang yang diambil dan bisa di singkronkan dengan kebutuhan pasar sehingga mempermudah dalam hal lapangan pekerjaan nantinya . namun jika kita hanya belajar tentang teori bahkan tidak sesuai dengan jurusan yang kita ambil maka hal tersebut akan mempersulit kita pada saat di lapangan.

11.
Perguruan tinggi bidang rekayasa dan sains terapan akan lebih baik jika menggunakan focused based, karena hakekat pendidikan di jurusan terapan dan rekayasa adalah menghasilkan keluaran siap pakai, siap kerja, artinya setiap lulusan yang di hasilkan lembaga pendidikan dapat terserap dan mampu diterima di pasar kerja, paling tidak ia bisa mandiri dengan ilmu yang ia peroleh.  Hal ini juga dirasakan bahwa Iulusan SMU hampir tidak laku lagi di pasar kerja, kecuali sebagai tenaga kasar atau buruh. Bahkan tidak sedikit lembaga pendidikan D3 atau SI yang menjual ijazah semata, yang didukung minimnya teori. Yang paling dikhawatirkan adalah kita sedang berada pada situasi pembohongan publik dan pelacuran pendidikan (Suranto, 2006) .

Menggunakan sistem fokus apa yang didasarkan lebih efisien untuk mendapatkan lapangan pekerjaan . contoh nya dalam jurusan yang menggunakan sistem focused based dapat menghasilakn lulusan yang siap untuk dilapangan dan diteriam di pasar kerja, karena sistem trsebut membuat lulusan hanya fokus pada satu bidang yang dikerjakan. Karena di zaman sekarang ini lulusan terbaik pun tidak menjamin mendapatkan lapangan pekerjaan yang diinginkan , apalagi yang hanya luluan dibawah S1 dan sebagainya terlebih lagi jika minimnya teori yang diketahui.

12.
5.2.4    Pendidikan Tidak Seharusnya Berorientasi Pasar

Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan mengatakan pendidikan tidak seharusnya berorientasi pada pasar untuk memenuhi kebutuhan kerja . Idealnya, menurut Anies, pendidikan bermanfaat untuk menjadikan anak sebagai pembelajar sepanjang hayat. Paling terpenting menjadikan siswa pembelajar sepanjang hayat karena diberikan saat ini belum tentu dengan apa yang dihadapinya pada masa depan. Pembelajar seumur hidup lebih berat ketimbang menjadikan anak sebagai spesialis atau super spesialis. Namun, kesulitan ini menjadi tantangan bagi dunia pendidikan.

5.2.4    Pendidikan Tidak Seharusnya Berorientasi Pasar

Menurut Anis Baswedan, pendidikan tidak selalu di kaitakn dengan lapangan pekerjaan di pasar karena manfaat utama dari pendidikan adalah sebagai pengetahuan anak sepanjang masa. Dalam pembelajaran yang sekarang tidak akan sama untuk bekal maslaah kedepan nya nanti karena tuntutan hidup lebih berat dari segalanya .

13.
Selain itu, menurut Anies, dalam dunia pendidikan terdapat tiga komponen penting yang perlu disiapkan untuk generasi muda. Pertama adalah integritas. "Zaman sekarang investor bisa diamankan kalau ada koneksi. Namun di masa depan mungkin ini tidak bisa dilakukan lagi. Maka siswa harus dididik agar mempunyai integritas, Kedua, anak-anak harus dididik agar memiliki jiwa kewirausahaan. Sebab, jiwa kewirausahaan akan menjadikan murid melihat kesulitan sebagai kesempatan. "Orang yang mempunyai jiwa usaha adalah orang yang selalu optimistis," Ketiga, anak-anak harus diberi bekal agar mempunyai kemampuan komunikasi yang tinggi. Tanpa kemampuan komunikasi yang baik maka susah menghadapi masa depan. Penguasaan bahasa menjadi sangat penting. Menguasai bahasa Indonesia dengan baik diperlukan guna membangun komunikasi dalam negeri. Selain itu, membekali siswa dengan bahasa internasional juga wajib dilakukan. Ini agar Indonesia bisa mempengaruhi dunia, bukan menerima apa-apa dari dunia.





Ada 3 komponen yang harus di ingat dalam dunia pendidikan menurut Anis Baswedan yaitu integritas, integritas yg tinggi akan membawa anak pada masadepan yang muda. Lalu jiwa kewirausahaan , salah satu lapangan pekerjaan yang dapat di ciptakan sendiri ialah berwirausaha sendiri . sera yang terakhir kemampuan komunikasi yang tinggi , lapangan pekerjaan sangat membutuhkan orang-orang yang mampu berbicara dengan baik , dan public speaking adalah salah satu yang terpenting dalam hal pekerjaan dan bahkan akan lebih baik jika bisa mennguaai bahasa internasional karena akan memudahkan kita dimana saja kita melakukan pekerjaan.

14.
5.2.5    Membangun Culture Of Doing

Pekerjaan lanjutan untuk menyelaraskan dunia pendidikan dan dunia kerja adalah mengatur keseimbangan antara pembelajaran akademik dan pembelajaran keterampilan untuk mendapatkan kompetensi lulusan. Kompetensi lulusan ini berpengaruh pada link and match dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Berpikir kritis, kreatif, membuat keputusan, menyelesaikan masalah dan belajar dengan cepat adalah kompetensi yang diperlukan dunia kerja dan harus dimiliki lulusan. Untuk itu pendidikan harus di fokuskan untuk melakukan hal-hal yang berguna.

5.2.5    Membangun Culture Of Doing

Pembelajaran akademik dan non akademik keduanya sangat penting dalam hal pekerjaan , sehingga perlu nya keseimbngan anatara keduanya agar lulusan tidaka hanya pandai dibidang akademik saja melainkan dalam bidang non akademik juga sehingga menghasilkan lulusan yang berkompetensi yang dapat diterima oleh pasar .

MODIFIKATOR : ADE WAHYUNI

NO
NASKAH ASLI
NASKAH MODIFIKASI
1.
Untuk mendapatkan pendidikan yang berfokus pada hal-hal yang berguna, maka kita perlu membangun culture of doing. Culture of doing merangsang peserta didik untuk merubah pola pikir dari budaya "mengetahui" menjadi budaya "melakukan". Hal ini karena meskipun secara akademik, peserta didik menguasi materi pembelajaran, tetapi mereka sering mengeluh merasa tidak ada hubungan antara apa yang mereka pelajari dengan dunia nyata. Dengan terbentuknya culture of doing, maka pola pendidikan di Indonesia akan menghasilkan peserta didik yang siap menghadapi tantangan dunia nyata sekaligus beradaptasi langsung dengan dunia kerja.

Dengan membangun culture of doing, kita akan mendapatkan pendidikan yang merangsang peserta didik untuk merubah pola pikir dari budaya “mengetahui” menjadi “melakukan”. Meskipun secara akademik, peserta didik menguasai materi pembelajaran, tetapi mereka sering mengeluh karena tidak ada hubungannya antara materi pembelajaran dengan dunia nyata. Maka dari itu, dengan terbentuknya culture of doing dapat mengubah pola pendidikan di Indonesia.

2.
Dalam culture of doing, peserta didik didorong untuk terlibat dengan dunia nyata, menganalisis segala sesuatu yang terjadi dan menghubungkan dengan pembelajaran yang telah mereka terima. Premis utama culture of doing adalah bahwa peserta didik harus terlibat pembelajaran baik melalui penekanan pada upaya kolaboratif, berbasis proyek tugas, dan atau melalui fokus non-akademik. Langkah-langkah menuju pelaksanaan culture of doing adalah dengan memulai dari kelas mereka sendiri, seperti memperkenalkan "tugas-tugas yang bermakna dalam kehidupan sehari hari" ke dalam kelas. Sebagai contoh culture of doing adalah dalam pelajaran ekonomi, peserta didik dapat mempelajari konsep jual beli dengan langsung mempraktekannya di sentra-sentra bisnis lokal/pasar dan berusaha mendapatkan laba/keuntungan.

Culture of doing akan mendorong peserta didik untuk terlibat dengan dunia nyata dan menghubungkan pembelajaran yang telah mereka terima. Dalam memperlajari konsep jual beli dalam kehidupan sehari-hari merupakan contoh culture of doing, peserta didik dapat mempraktekannya di sentra-sentra bisnis lokas/pasar dan berusaha mendapatkan laba/keuntungan.

3.
5.2.6    Kebijakan Pemerintah Di Bidang  Pendidikan Dalam Menghadapi Pengangguran

Adanya mismatch antara yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan dengan kebutuhan pasar tenaga kerja menjadi perhatian serius pemerintah saat ini. Sebagai contoh, dalam  rangka  meningkatan  kualitas  terhadap  lulusan  SMK,  Depdiknas  akan memperbanyak simulasi­simulasi industri di masing­masing SMK. Simulasi industri dimaksud ditujukan agar para siswa SMK mendapatkan pengetahuan tentang budaya kerja, kondisi riil di industri, dan penguasaan teknologi.


5.2.6    Kebijakan Pemerintah Di Bidang  Pendidikan Dalam Menghadapi Pengangguran

Pemerintah harus memperhatikan dengan serius masalah ketidakcocokan antara yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan dengan pasar tenaga kerja. Sebagai contoh, depdiknas akan memperbanyak simulasi-simulasi industri di masing-masing SMK, maka yang akan terjadi lulusan SMK mendapatkan kualitas yang meningkat.

4.
Pengembangan pola kemitraan juga akan dilakukan sebagai rencana aksi pemerintah. Kemitraan tersebut akan dijalin antara SMK, pendidikan tinggi vokasi, dan pelatihan keterampilan dengan dunia industri, termasuk industri kreatif. Hal ini dilakukan dalam rangka memperkuat intermediasi dan kesempatan pemagangan serta kesesuaian pendidikan/ pelatihan dengan dunia kerja.

Pemerintahberencanamengembangkan pola kemitraan dalam rangka memperkuat intermediasi dan kesempatan pemagangan yang akan dijalin antara SMK, pendidikan tinggi vokasi dan pelatihan keterampilan.

5.
Upaya yang direncanakan dalam bidang pendidikan adalah : pertama:  peningkatan pelayanan pendidikan dasar 9 tahun yang bermutu dan terjangkau.  Konsep Pendidikan Dasar 9 tahun sesuai  dengan konsep Pendidikan Dasar 9 tahun yang tertera pada UU  Sisdiknas  2003,  yakni dimaksudkan untuk memberikan peluang kepada siswa yang tidak dapat meneruskan pendidikan ke jenjang pendidikan menengah (SLTA). Disamping itu, untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja kasar/teknisi yang banyak dibutuhkan pada saat itu, yang dengan pendidikan 6 tahun dianggap tidak memadai. Pendidikan dasar 9 tahun juga merupakan pondasi dari kualitas pendidikan. Dengan demikian, masyarakat haruslah mendapat kemudahan dalam mengakses pendidikan 9 tahun dengan mutu yang baik dan biaya seminimal mungkin.

Upaya pertama yang direncanakan dalam bidang pendidikan adalah dengan meningkatkan pelayanan pendidikan 9 tahun yang bermutu dan terjangkau yang sesuai dengan konsep pendidikan yang tertera pada UU Sisdiknas 2003. Pendidikan dasar 9 tahun merupakan pondasi dari kualitas pendidikan. Dengan demikian, masyarakat seharusnya mendapat kemudahan untuk mengakses pendidikan 9 tahun yang bermutu dan terjangkau.

6.
Kedua: peningkatan profesionalisme dan pemerataan distribusi guru. Seperti diketahui, guru merupakan pangkal dari keberhasilan pendidikan. Denganmeningkatkanprofesionalisme guru berarti akan memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Hal inilah yang kemudian membuahkan SDM­SDM yang bermutu dan kemudian dapat bersaing dengan SDM luar negeri. Dengan demikian akan terbuka kesempatan kerja yang lebih luas karena tak hanya terbatas di dalam negeri saja.

Upaya yang kedua adalah dengan meningkatkan prefesionalisme dan pemerataan distribusi guru yang akan memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Dengan demikian, dapat membuahkan SDM yang bermutu dan dapat bersaing dengan SDM luar negeri yang akan mendapatkan kesempatan kerja yang lebih luas.

7.
Ketiga:  peningkatan daya saing pendidikan tinggi.  Rencana aksi dari program ini adalah dengan memberikan beasiswa PTN  untuk  siswa SMA/SMK berprestasi dan kurang mampu. Selain itu, dengan mengembangkan kewirausahaan, termasuk technopreneur (enterpreneur di bidang IT) bagi dosen dan mahasiswa melalui kerjasama antar institusi pendidikan dengan dunia usaha. Perlu pula diketahui bahwa pada akhir­akhir ini memang banyak perguruan tinggi yang telah memasukkan mata kuliah kewirausahaan sebagai  mata kuliah wajib.

Upaya ketiga adalah dengan meningkatkan daya saing pendidikan tinggi dengan memberikan beasiswa PTN untuk siswa SMA/SMK berprestasi/kurang mampu dan dengan mengembangkan kewirausahan. Kebanyakan perguruan tinggi telah memasukkan mata kuliah kewirausahaan sebagai mata kuliah wajib.

8.
Melalui berbagai upaya sebagaimana diuraikan diatas, diharapkan akan tercipta link and match antara pendidikan dan ketenagakerjaan yang dibutuhkan pasar tenaga kerja, serta selanjutnya dapat menurunkan tingkat pengangguran ke level yang terendah.

Dengan adanya tiga upaya tersebut, diharapkan akan tercipta link and match antara pendidikan dan ketenagakerjaan yang dibutuhkan pasar tenaga kerja, menurunkan tingkat pengangguran.

9.
5.3       Kesehatan dan Produksivitas Kerja

Jumlah angkatan kerja di Indonesia terus meningkat. Saat ini mencapai 113,74 juta jiwa dan yang bekerja mencapai 104,49 juta jiwa (BPS, 2009).  Pemenuhan kecukupan gizi pekerja selama bekerja merupakan salah satu bentuk penerapan syarat keselamatan, dan kesehatan kerja sebagai bagian dari upaya meningkatkan derajat kesehatan pekerja. Gizi merupakan salah satu aspek kesehatan kerja yang memiliki peran penting dalam peningkatan produktivitas kerja.  Hal ini perlu menjadi perhatian semua pihak, terutama pengelola tempat kerja mengingat para pekerja umumnya menghabiskan waktu sekitar 8 jam setiap harinya di tempat kerja.


5.3       Kesehatan dan Produksivitas Kerja

Menurut BPS 2009, jumlah angkatan kerja di Indonesia mencapai 113,74 jiwa dan yang bekerja mencapai 104,49 juta jiwa. Pengelola tempat kerja harus memperhatikan pemenuhan kecukupan gizi pekerja selama bekerja dan kesehatan kerja pekerja.

10.
Rendahnya produktivitas kerja dianggap akibat kurangnya motivasi kerja, tanpa menyadari faktor lainnya seperti gizi pekerja. Perbaikan dan peningkatan gizi mempunyai makna yang sangat penting dalam upaya mencegah morbiditas, menurunkan angka absensi serta meningkatkan produktivitas kerja.

Kurangnya motivasi kerja dan gizi pekerja berakibat merendahnya produktivitas kerja yang harus diperhatikan. Dengan memperbaiki dan meningkatkan gizi dapat mencegah morbiditas, menurunkan angka absensi serta meningkatkan produktivitas kerja.

11.
Berat ringannya beban kerja seseorang ditentukan oleh lamanya waktu melakukan pekerjaan dan jenis pekerjaan itu sendiri. Semakin berat beban kerja, sebaiknya semakin pendek waktu kerjanya agar terhindar dari kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya.

Beban kerja seseorang ditentukan oleh lamanya waktu dan jenis pekerjaan yang dilakukan. Seharusnya jika semakin berat beban kerja, sebaiknya semakin pendek waktu kerjanya agar tidak kelelahan dan terhindar gangguan fisiologis.

12.
Tabel  V.1.     
Pengelompokan Beban Kerja Berdasarkan Proporsi Waktu Kerja
Kelompok aktivitas     Jenis kegiatan

Contoh aktivitasRingan
         Laki-laki
         Perempuan      75% dari waktu yang digunakan adalah untuk duduk atau berdiri dan 25% untuk kegiatan berdiri dan berpindah (moving)Aktivitas kantor tanpa olahraga. Aktivitas fisik yang tidak menguras tenaga. Duduk memotong kedua ujung batang rokok [perempuan). Berdiri di depan mesin memasukan Seng ke dalam mesin pembuatan tutup kaleng (laki-laki)
Sedang
         Laki-laki
         Perempuan      25% waktu yang digunakan adalah untuk duduk atau berdiri dan 75% adalah untuk kegiatan kerja khisus dalam bidang pekerjaaannya.            Bekerja naik turun tangga, olahraga ringan. Pekerjaan rumah tangga, berdiri mengisikan batang korek api (perempuan), mengambil kotak berisi pentul korek api & berjalan memindahkannya ke sekitar mesin (laki- laki)

Berat
         Laki-laki
         Perempuan      40% dari waktu yang digunakan adalah untuk duduk atau berdiri dan 60% untik kegiatan kerja khusus dalam bidang pekerjaannya.  Pekerjaan lapangan, kuli bangunan, ngeprek/memecah batu (perempuan), berdiri mengangkat balok kayu dan memasukkannya ke dalam mesin (pada laki-laki)

Sumber : Prosiding WNPG VIII, 2004

Tabel  V.1.     
Pengelompokan Beban Kerja Berdasarkan Proporsi Waktu Kerja
Kelompok aktivitas     Jenis kegiatan

Contoh aktivitasRingan
         Laki-laki
         Perempuan      75% dari waktu yang digunakan adalah untuk duduk atau berdiri dan 25% untuk kegiatan berdiri dan berpindah (moving)Aktivitas kantor tanpa olahraga. Aktivitas fisik yang tidak menguras tenaga. Duduk memotong kedua ujung batang rokok [perempuan). Berdiri di depan mesin memasukan Seng ke dalam mesin pembuatan tutup kaleng (laki-laki)
Sedang
         Laki-laki
         Perempuan      25% waktu yang digunakan adalah untuk duduk atau berdiri dan 75% adalah untuk kegiatan kerja khisus dalam bidang pekerjaaannya.            Bekerja naik turun tangga, olahraga ringan. Pekerjaan rumah tangga, berdiri mengisikan batang korek api (perempuan), mengambil kotak berisi pentul korek api & berjalan memindahkannya ke sekitar mesin (laki- laki)

Berat
         Laki-laki
         Perempuan      40% dari waktu yang digunakan adalah untuk duduk atau berdiri dan 60% untik kegiatan kerja khusus dalam bidang pekerjaannya.  Pekerjaan lapangan, kuli bangunan, ngeprek/memecah batu (perempuan), berdiri mengangkat balok kayu dan memasukkannya ke dalam mesin (pada laki-laki)

Sumber : Prosiding WNPG VIII, 2004

13.
Kebutuhan gizi terutama energi dipengaruhi oleh : Usia, Ukuran tubuh, dan Jenis kelamin. Faktor lain penentu kebutuhan gizi yaitu: Jenis pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan sehari-hari, Keadaan fisiologis, Keadaan khusus; seperti pada pemulihan kesehatan dan anemia, Keadaan lingkungan kerja.  Faktor-faktor tersebut di atas harus menjadi dasar dalam perhitungan besarnya energi, komposisi zat gizi dan menu untuk konsumsi pekerja.

Kebutuhan energi selama ini dipengaruhi oleh beberapa hal seperti usia, ukuran tubuh, jenis kelamin, jenis pekerjaan / aktivitas, keadaan fisiologis, keadaan khusus dan keadaan lingkungan kerja.
14.
Penilaian status gizi pekerja perlu dilakukan, karena dengan mengetahui status gizi pekerja dapat ditentukan kebutuhan gizi yang sesuai serta pemberian intervensi gizi bila diperlukan.  Penilaian status gizi dilakukan melalui beberapa cara antara lain : pemeriksaan biokimia, pemeriksaan klinis, pemeriksaan biofisik dan antropometri.

Status gizi sangat penting bagi pekerja, sebab dari situlah kita dapat menentukan kebutuhan gizi dan pemberian intervensi gizi. Adapun cara penilaian status gizi dengan cara pemeriksaan biokimia, pemeriksaan klinis, pemeriksaan biofisik dan antropometri.
15.
Antropometri merupakan metode yang paling sering digunakan dalam penilaian status gizi.  Metode ini menggunakan parameter Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB).  Melalui kedua parameter tersebut, dapat dilakukan penghitungan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan  rumus sebagai berikut :

Metode dalam penilaian status gizi yang paling sering digunakan ialah antropometri yang menggunakan pengukuran berat badan dan tinggi badan.




MODIFIKATOR      : UCI KURNIA BELLA

NO
NASKAH ASLI
NASKAH MODIFIKASI
1.
5.4       Pasar Tenaga Kerja di Negara Sedang Berkembang

Salah satu perintang pembangunan ekonomi dinegara sedang berkembang adalah adanya ledakan penduduk ( population explotion atau population pressure ). Sehingga dengan adanya perintang pembangun ekonomi maka munculah teori penduduk optimum ( optimum population theory ).

5.4       PasarTenaga Kerja di Negara Sedang Berkembang

Ledakan penduduk sering disebut sebagai rintangan bagi pembangunan ekonomi di negara berkembang. Sehingga memunculkan teori penduduk optimum.
2.
Penduduk optimum adalah jumlah penduduk yang yang dapat menghasilkan upah riil atau pendapatan riil perkapita yang maksimum.  Apabila jumlah penduduk bertambah dan menjadi lebih besar dari pada jumlah penduduk yang optimum ,maka akan berlaku law of diminishing return dan apabila jumlah penduduk bertambah tetapi belum mencapai jumlah optimumnya maka akan berlaku increasing return.

Sebuah negara dapat dikatakan sebagai negara dengan penduduk optimum jika jumlah penduduk yang menghasilkan pendapatan rill perkapita yang maksimum. Jika jumlah penduduk bertambah dan menjadi lebih besar dari jumlah penduduk yang optimum, maka akan berlaku Law of Dimishing Return. Jika belum mencapai titik optimum maka akan Increasing Return.
3.
Kelemahan dari konsep penduduk optimum adalah tidak dapat menentukan besarnya jumlah penduduk yang optimum dan banyak perubahan-perubahan seperti selera, sumber alam dan teknologi sehingga jumlah penduduk optimum dapat berubah-ubah.

Kekurangan dari konsep penduduk optimum adalah tidak bisa menentukan jumlah penduduk optimum dan banyak perubahan selera.
4.
Untuk menigkatkan output totalnya di negara sedang berkembanag maka harus diimbangi dengan penurunan perkembangan penduduk, sehingga penghasilan riil perkapita akan meningkat
Sebuah negara berkembang haruslah diikuti dengan penghasilan rill perkapita. Cara untuk meningkatkan nya yaitu dengan peningkatan output sekaligus mengimbangi penurunan angka kelahiran penduduk.
5.
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan di negara sedang berkembang antara lain : 1) Tingkat perkembangan penduduk yang tinggi, 2) Struktur umur yang tidak favorable, 3)         Distribusi penduduk tidak seimbang atau tidak merata, 4) Tenaga kerja tidak terdidik dan terlatih.

Perkembangan penduduk, umur penduduk, distribusi penduduk dan tenaga kerja harus diperhatikan di negara yang sedang berkembang.
6.
Peranan penduduk dalam pembangunan ekonomi, dari segi permintaan, penduduk bertindak sebagai konsumen dan dari segi penawaran, penduduk bertindak sebagai produsen.  Sehingga perkembangan penduduk yang cepat tidaklah selalu merupakan penghambat sebagai jalannya pembangunan ekonomi jika penduduk memiliki kapasitas yang tinggi untuk menyerap dan menghasilkan hasil produksi.

Apabila sebuah negara mampu menyerap penduduknya untuk menghasilkan hasil produksi maka pembangunan ekonomi dapat dikatakan berhasil. Sebab dalam pembangunan ekonomi dari segi permintaan penduduk bertindak sebagai konsumen. Dari segi penawaran penduduk berperan sebagai produsen.
7.
Dinegara maju, pertambahan penduduk yang pesat justru akan menaikkan penghasilan riil perkapita, karena negara ini telah siap dengan tabungan yang akan melayani kebutuhan investasi.  Selain itu pertumbuhan penduduk yang pesat dinegara maju ini akan menambah potensi masyarakat untuk menghasilkan dan sebagai sumber permintaan baru.

Pertumbuhan penduduk yang pesat akan meningkatkan pendapatan rill perkapita dan menambah kemampuan masyarakat menghasilkan dan menjadi sumber permintaan baru.

8.
Berdasarkan teori Profesor A.Hansen mengenai stagnasi secular bertambah nya penduduk memperbesar permintaan agregratif terutam investasi. Menurut pengikut Keynes melihat tambahan penduduk tidak sekedar sebagai tambahan penduduk tetapi juga melihat adanya kenaikan dalam daya beli (purchasing power).  Sedangkan menurut pengikut Keynes kenaikan jumlah tenaga kerja disebabkan karena meningkatnya produktivitas dan meningkatnya permintaan tenaga kerja.



Menurut pengikut Keynes pertambahan penduduk juga berpengaruh dengan presentasi daya beli. Kenaikan jumlah tenaga kerja juga disebabkan meningkatnya produktivitas dan permintaan tenaga kerja.
9.
5.4.1    Keadaan Penduduk Sekarang Ini Di Dunia Ketiga

Sebaliknya dinegara sedang berkembang perkembangan penduduk malah menghambat perkembangan ekonomi.  Menurut kaum klasik, akan ada perlombaan antara tingat perkembangan output dengan tingkat perkembangan penduduk., yang akhirnya dimenangkan oleh perkembangan penduduk.  Jadi bagi Negara yang sedang berkembang perkembangn penduduk merupakan perintang perkembangan ekonomi karena negara tersebut sedikit sekali memiliki capital.

5.4.1    Keadaan Penduduk Sekarang Ini Di Dunia Ketiga

Masalah yang menjadi penghambat bagi negara berkembang adalah perkembangan jumlah penduduk. Kaum klasik berpendapat perkembangan penduduk akan mengalahkan perkembangan output sebuah negara.
10.
Jadi dinegara sedang berkembang terdapat perbandingan yang tinggi antara jumlah manusia dengan jumlah faktor produksi yang lain, perkembangan penduduk yang cepat akan menimbulkan “diseconomies of scale” .Beberapa isu kependuduk pada dunia ketiga, antara lain; 1) Dunia ketiga mampu memperbaiki standar hidup penduduknya dengan laju pertumbuhan penduduk seperti sekarang ini; 2) Bagaimana Negara dunia ketiga dapat mengimbangi kenaikan yang cepat dalam perembangan angkatan kerja; 3) Apakah akibat laju pertumbuhan penduduk yang tinggi bagi Negara miskin dalam menghindari kemiskinan absolute; 4)      Apakah Negara dunia ketiga akan dapat memperluas ruang lingkup dan memperbaiki kualitas kesehatan dan sisitem pendidikan; 5)  Seberapa jauh tingkat hidup yang rendah merupakan faktor yang penting dalam membatasi kebebasan orang tua untuk menentukan besarnya keluarga; 6) Seberapa jauh meningkatnya kesejahteraan dan keinginan untuk berkembang lebih jauh diantara Negara yang telah maju perekonomiannya.

Perkembangan penduduk yang cepat akan mengakibatkan munculnya Diseconomies of Scale atau peningkatan biaya jangka panjang yang terjadi akibat penambahan input yang melampaui batasnya. Ada beberapa isu kependudukan yang saat ini terjadi yaitu 1.) bagaimana negara mengimbangi kenaikan jumlah angkatan kerja. 2.) Apa akibat dari laju pertumbuhan penduduk bagi negara miskin. 3.) Apakah negara dapat memperluas dan memperbaiki pendidikan dan kesehatan dinegara tersebut. 4.) Taraf hidup yang rendah dapat membatasi kebebasan orang tua menentukan besar keluarganya. 5.) Seberapa jauh keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mengembangkan perekonomian di negara yang telah maju.
11.
Penduduk dunia tidak seimbang distribusinya berdasarkan atas tingkat kelahiran. Tingkat kematian dan atas dasar struktur umur. Laju pertumbuhan penduduk secara kuantitatif diukur sebagai presentasi pertumbuhan bersih terhadap jumlah penduduk karena pertumbuhan alami natural dan migrasi internasional bersih. Pertumbuhan ( natural ) adalah perbedaan antara kelahiran dan kematian.

Pertumbuhan adalah perbedaan antara kelahiran dan kematian. Laju pertumbuhan penduduk sebuah negara dapat diukur dengan pertumbuhan jumlah penduduk karena pertumbuhan alami dan migrasi internasional.
12.
5.4.1.1 Trend Fertilitas dan Mortalitas

Perbedaan laju pertumbuhan penduduk di Negara berkembang dan Negara maju disebabkan oleh tingkat kelahiran di Negara berkembang lebih tinggi daripada Negara maju. Sedangkan angka kematian di Negara berkembang lebih tingi daripada Negara maju. Hal ini disebabkan karena umunya penduduk di Negara berkembang menikah pada usia muda. Perbedaan angka kematian di Negara Maju dan Berkembang sudah sangat sempit disebabkan adanya tingkat perbaikan tingkat kesehatan, perekonomian, pendidikan. Tingkat kelahiran rendah terdapat di negara yang distribusi pendapatannya lebih merata dan sebaliknya. sehingga Negara ini akan mengurangi tidak meratanya penghasilan dengan cara menurunkan tingkat kelahran daripada Negara yang kurang memperhatikan pemerataan hasil pembangunan ekonomi.

5.4.1.1 Trend Fertilitas dan Mortalitas

Pertumbuhan penduduk terjadi disebabkan oleh peningkatan angka kelahiran di negara berkembang lebih tinggi dibandingkan di negara maju. Tetapi angka kematian di negara berkembang juga sangat tinggi. Pertumbuhan penduduk ini disebabkan berbagai faktor seperti tingkat kesehatan, perekonomian dan pendidikan yang rendah. Tingkat kelahiran yang rendah ini akan mengakibatkan negara yang memiliki penghasilan tidak rata melakukan penurunan tingkat kelahiran daripada memperhatikan perekonomiannya.
13.
Untuk meningkatkan output tambahan investasi harus cukup besar sehingga dapat meningkatkan penghasilan riil perkapita. Menurut Malthus Negara berkembang ditandai dengan oleh adanya perangkap pada keseimbangan pendapatan yang rendah ( low level equilibrium trap ).

Meningkatkan investasi sebuah negara harus dilakukan dengan meningkatkan penghasilan rill perkapita.
14.
Artinya tingkat penghasilan yang subsistence apabila penghasilan naik sedikit saja akan mengakibatkan penduduk berkembang lebih pesat dan lebih tinggi daripada tingkat perkembangan penghasilan itu sendiri. Akibatnya tingkat penghasilan perkapita turun sebaliknya penghasilan turun lagi dibawah tingkat subsistence, penduduk turun jumlahnya dengan tingkat yang lebih cepat daripada tingkat penurunan jumlah penghasilan. Pada tingkat penghasilan subsistence ini merupakan keadaan yang stabil ( stable equilibrium ).

Keadaan tingkat penghasilan yang stabil atau Stable Equilibrium adalah keadaan dimana tingkat penghasilan stabil dengan peningkatan penduduk yang cukup signifikan.
15.
5.4.1.2 Penduduknya berusia muda

Dinegara yang sedang berkembang sebagian besar penduduknya berusia muda. Keadaan penduduk yang seperti ini disebut penduduk berciri expansif. Sehubungan dengan struktur umur penduduk kita kita kenal dengan” angka beban tanggungan“(dependency ratio).Angka beban tanggungan (dependency ratio) adalah perbandingan antara banyaknya orang yang produktif dengan orang yang tidak produktif.  Negara yang berkembang memiliki angka beban tanggungan yang tinggi karena besarnya jumlah penuduk usia muda.  Proporsi  besar penduduk usia muda tidak menguntungkan dalam pembangunan ekonomi karena : 1) Golongan usia muda,cenderung untuk memperkecil angka penghasilan perkapita. 2) Banyaknya alokasi factor-faktor produksi kearah “investasi-investasi social bukan kapital. 3) Distribusi penduduk yang tidak seimbang.

5.4.1.2 Penduduknya berusia muda

Angka beban tanggungan (dependency ratio) adalah perbandingan antara orang produktif dan tidak produktif. Negara berkembang memiliki angka beban tanggungan yang tinggi dikarenakan besarnya jumlah penduduk usia muda. Penduduk usia muda tidak membawa keuntungan bagi pembangunan ekonomi dikarenakan golongan muda memperkecil penghasilan perkapita, distribusi penduduk yang tidak seimbang.
16.
Urbanisasi biasanya terjadi karena tingkat upah lebih menarik dikota (sektor industri) dari pada tingkat upah didesa (pertanian). Dinegara sedang berkembang mengakibatkan adanya ketidak seimbangan perkembangan ekonomi antara sector industry dengan disektor pertanian.  Keinginan untuk mencapai perkembangan yang seimbang antara kedua sector merupakan masalah yang tidak mudah diatasi, karena adanya keharusan dalam membagi jumlah tabungan yang terbatas, diantarainvestasi social dan investasi capital yang produktif.

Urbanisasi atau yang sering kita kenal dengan perpindahan penduduk dari desa ke kota sering menjadi faktor ketidakseimbangan ekonomi antara sektor industri dan sekotor pertanian. Oleh karena itu harus ada pembagian jumlah tabungan yang akan di investasi sosial dan investasi capital yang produktif.
17.
5.4.1.3 Kualitas tenaga kerja yang rendah

Rendahnya kualitas penduduk merupakan penghalang pembangunan ekonomi suatu Negara. Hal ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan tenaga kerja.  Pendidikan merupakan factor penting bagi berhasilnya pembangunan ekonomi. Menurut Schumaker pendidikan merupakan sumber daya yang terbesar manfaatnya dibanding factor-faktor produsi lain.


5.4.1.3 Kualitas tenaga kerja yang rendah

Rendahnya pendidikan dan pengetahuan tenaga kerja menjadikan penghalang pembangunan ekonomi sebuah negara. Pendidikan merupakan sumber daya yang paling bermanfaat dibandingkan faktor produksi lainnya (Schumaker).

18.
5.4.2    Ledakan Penduduk

Dari pengalaman yang ada, laju pertumbuhan penduduk selalu meningkat bagi dunia secara keseluruhan. Di samping itu jumlah penduduk yang besar secara absolute akan bertambah lebih cepat daripada jumlah penduduk yang kecil, walaupun laju pertumbuhannya sama. Faktor utama yang menentukan perkembangan penduduk adalah; 1) tingkat kematian, 2) tingkat kelahiran, dan 3) tingkat perpindahan penduduk ( migrasi ).

5.4.2    Ledakan Penduduk

Ledakan penduduk sering terjadi di berbagai negara. Faktor yang menentukan akan pertumbuhan penduduk adalah tingkat kematian, tingkat kelahiran dan perpindaha penduduk.






MODIFIKATOR      : DESI AJI
NO
NASKAH ASLI
NASKAH MODIFIKASI
1.
5.4.2.1 Tingkat kematian (death rate)

Ada empat factor yang menyumbang terhadap penurunan tingkat kematian pada umunya: 1) Adanya kenaikan standar hidup sebagai akibat kemajuan teknolgi dan meningkatnya produktivitas tenaga kerja serta tercapainya perdamian dunia yang cukup lama. 2) Adanya perbaikan  pemeliharaan kesehatan umum maupun kesehatan individu. 3) Adanya kemajuan dalam ilimu kedokteran serta diperkenalkannya lembaga-lembaga kesehatan umum yang modern. 4) Meningkatnya penghasilan riil perkapita sehingga orang mampu membiayai hidupnya.

5.4.2.1 Tingkat kematian (death rate)

Berikut beberapa faktor yang menyebabkan penurunan tingkat kematian: 1) kenaikan taraf hidup akibat kemajuan tekonologi dan peningkatan produktivitas tenaga kerja. 2) Perbaikan pemeliharaan kesehatan. 3) Kemajuan ilmu kedokteran dan keseharan umum yang modern. 4) peningkatan penghasilan rill untuk membiayai hidup.
2.
5.4.2.2 Tingkat kelahiran (birth rate)

Di Negara industri pertumbuhan penduduk berlangsung terus disamping adanya penurunan tingkat kelahian,misalnya di Perancis, Amerika dan Inggris, tingkat kelahirannya menurun sejak abad ke sembilan belas. Hanya setelah perang dunia ke-II tingkat kelahiran meningkat dan mempercepat tingkat pertambahan penduduk. Tingkat kelahiran lebih dihubungkan dengan perkembangan ekonomi melalui pola-pola kebudayaan seperti: umur perkawinan, status wanitanya, kedudukannya antara rural dan urban serta sifat-sifat dari sistem famili yang ada.Professor E.E Hagen, menganggap bahwa tingkat kelahiran itu ditentukan oleh tingginya tingkat kematian. Tingkat kelahiran disesuaikan dengan tingginya tingkat kematian dengan maksud agar suatu keluarga memiliki jumlah anak yang sedikit dan dapat hidup sampai hari tua, sehingga keturunannyadapat berlangsung.
5.4.2.2 Tingkat kelahiran (birth rate)

Tingkat kelahiran dipengaruhi dengan perkembangan ekonomi melalui pola kebudayaan. Professor E.E Hagen berpendapat tingkat kelahiran bisa ditentukan dari tingkat kematian. Dengan  maksud sebuah keluarga memiliki jumlah anak yang sedikit dan dapat hidup sampai hari tua, sehingga keturunannya terus dapat berlangsung.

3.
Disebagaian besar Negara di Eropa, telah terjadi penurunan kematian yang lambat, kemudian tingkat kelahiran mulai mengikutinya dalam seperempat abad terakhir dari abad 19.  Jadi, pada mulanya tingkat kematian menurun, sedangkan tingkat kelahiran tetap, yang ini menghasilkan pembangunan ekonomi. Setelah itu, tingkat kelahiran menurun dengan cepat dan mengejar cepatnya penurunan tingkat kematian.

Di negara Eropa angka kematian sangat rendah akan tetapi tingkat kelahiran tetap. Hal ini akan menghasilkan pembangunan ekonomi yang baik. Setelah itu tingkat kelahiran menurun sehingga terjadi pula penurunan tingkat kematian.
4.
Guna memperjelas perbedaan pola pekembangan penduduk di Negara maju dan Negara berkembang dapat dilihat dengan pola transisi demografi didua kelompok tersebut. Ada tiga tahapan: Tahap I, menggambarkan keadaan dimana laju pertumbuhan penduduk pada tingkat yang rendah, tetapi baik tingkat kematian dan tingkat kelahiran tinggi. Tahap II, ditandai dengan menurunnya tingkat kematian, tetapi tingkat kelahiran tetap tinggi. Tingakat kematian turun karena adanya perbaikan taraf hidup dan perbaikan kesehatan dengan berkembangnya ilmu kedokteran. Tahap III, menunjukkan keadaan dimana tingkat kematian masih terus turun dan dibarengi pula oleh turunnya tingkat kelahiran, sehingga laju pertumbuhannya rendah.Perkembangan penduduk di negara maju mengikuti pola yang diuraikan gambar di atas namun bagi negara berkembang ada negara yang sudah sampai tahap III, tetapi masih ada juga yang baru sampai pada tahap II pada tahun 1970-an.

Ada beberapa cara untuk melihat perbedaan pola perkembangan penduduk di negara maju dan negara berkembang yaitu dengan : 1.) Menggambarkan laju pertumbuhan penduduk yang rendah, tetapi tingkah kelahiran dan kematian tinggi. 2.) Ditandai dengan menurunnya tingkat kematian, tetapi tingkat kelahiran tinggi. 3.) Menunjukkan keadaan dimana tingkat kematian dan kelahiran terus menurun sehingga laju pertumbuhan rendah.
5.
5.4.2.3 Migrasi

Migrasi mempunyai peranan juga dalam menentukan tingkat pertumbuhan penduduk. Oleh karena itu tingkat pertumbuhan penduduk tidak dapat diperhitungkan hanya dari tingkat kematian saja.  Bagi negara berkembang migrasi bukan berarti peningkatan atau pengurangan jumlah penduduk. Perpindahan penduduk keluar negeri dari negara yang sedang berkembang tidaklah mungkin dapat terlaksana lagi guna mengurangi kepadatan penduduknya, dengan alasan kesulitan-kesulitan integrasi sosial dan rendahnya skill di negara yang mengalami tekanan penduduk tersebut.Dengan adanya tingkat penurunan kematian yang cepat dan tetap tingginya kelahiran serta kurang efektifnya migrasi, maka pertumbuhan penduduk akan cepat dan mengakibatkan terjadinya ledakan penduduk di negara bekembang.

5.4.2.3 Migrasi

Kegiatan migrasi juga menjadi peran utama dalam peningkatan pertumbuhan penduduk. Perpindahan penduduk keluar negeri di negara berkembang tidak berguna untuk mengurangi kepadatan penduduk. Penurunan kematian yang cepat dan tingginya kelahiran serta kurang efektifnya migrasi akan berdampak kepada pertumbuhan penduduk akan cepat dan mengakibatkan terjadinya ledakan penduduk di negara berkembang. Di negara berkembang migrasi tidak meningkatkan atau mengurangi jumlah penduduk.
6.
5.4.3    Pemecahan Masalah Kependudukan

Ledakan penduduk  yang terjadi di negara–negara sedang berkembang menerapkan suatu kebijakan dari sudut tingkat kematian untuk mengurangi tingkat pertumbuhan penduduk dan juga program keluarga berencana sudah banyak dilaksanakan oleh sebagian besar negara – negara sedang berkembang.

5.4.3    Pemecahan Masalah Kependudukan

Ledakan penduduk di negara berkembang menimbulkan kebijakan untuk mengurangi pertumbuhan penduduk dan program KB yang telah terlaksana di beberapa negara.
7.
Walupun program keluarga berencana telah diterima hampir semua negara belum semua penduduk yang tinggal di negara – negara itu melaksanakan program tersebut yang disebabkan: 1) Adanya kemelaratan dan buta huruf di negara–negara sedang berkembang bersamaan itu juga organisasi sosial yang masih bersifat tradisional. 2)      Perkembangan ilmu obat–obatan dan ilmu kesehatan masih merupakan faktor-faktor fisikologi dari orang–orang yang akan menjadi akseptor.

Program Keluarga Berencana (KB) sudah berjalan di beberapa negara akan tetapi masih ada negara yang belum bisa menerapkan program ini disebabkan beberapa hal seperti kemelaratan dan buta huruf yang terjadi di penduduk dan perkembangan ilmu kesehatan yang masih awam di negara tersebut.
8.
5.4.4    Pemanfaatan Sumber Daya Manusia

5.4.4.1 Konsep Ketenagakerjaan

Tidak semua penduduk dapat bertindak sebagai faktor produksi. Hanya penduduk yang berupa tenaga kerja (human power) yang dapat dianggap sebagai faktor produksi. Tenaga kerja adalah penduduk pada usia kerja yaitu antara 15 sampai 64 tahun, dan dapat digolongkan menjadi dua yaitu angkatan kerja (labor force) dan bukan angkatan kerja. Yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan penduduk yang belum bekerja, namun siap bekerja atau sedang mencari pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku. Kuantitas dan kualitas angkatan kerja lebih rendah di negara-negara sedang berkembang dari pada di negar-negara maju karena sebagian besar penduduk di negara berkembang berusia muda.Apabila dilihat dari sudut tenaga kerjanya, maka akan ada pergeseran tenaga kerja yang membarengi pembangunan itu dari sektor pertanian ke sektor-sektor industri dan perdagangan atau jasa.

5.4.4    Pemanfaatan Sumber Daya Manusia

5.4.4.1 Konsep Ketenagakerjaan

Tenaga kerja adalah penduduk sebuah negara yang berusia 15 tahun hingga 64 tahun. Angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan penduduk yang belum bekerja namun sedang mencari pekerjaan. Kualitas dan kuantitas angkatan kerja di negara berkembang lebih rendah dibanding  negara maju. jika dilihat dari sudut tenaga kerja maka terjadi pergeseran tenaga kerja yang diikuti dengan pembangunan ekoomi.
9.
5.4.4.2 Macam-macam pengangguran

Dalam pembangunan ekonomi ada tenaga-tenaga manusia yang disebut menganggur dan setengah menganggur. Jumlah tenaga kerja yang menganggur, cukup banyak di negara-negara yang padat penduduknya. Di negara-negara sedang berkembang pengangguran dapat digolongkan ke dalam 3 jenis, yaitu: 1) Pengangguran yang kelihatan (Visible Underemployment).  Hal ini timbul apabila jumlah waktu kerja yang sungguh-sungguh digunakan lebih sedikit daripada waktu kerja yang disediakan untuk bekerja. Visible Underemployment dapat dibagi dua yaitu pengangguran kronis (chronic underemployment) dan pengangguran musiman (seasonal underemployment). Jelasnya, pengangguran yang ketara (visiblenunderemployment) timbul karena kurangnya kesempatan kerja. 2) Pengangguran Tak-Ketara (Invisible Underemployment atau Disguised Underemployment). Pengangguran jenis ini terjadi apabila para pekerja telah menggunakan waktu kerjanya secara penuh dalam suatu pekerjaan dapat ditarik ke sektor-sektor atau pekerjaan lain tanpa mengurangi output disektor yang ditinggalkan. 3) Pengangguran Potensial (Potential Underemployment), pengangguran potensial dapat diartikan bahwa para pekerja dalam suatu sektor dapat ditarik dari sektor tersebut tanpa mengurangi output, tetapi harus dibarengi dengan perubahan-perubahan fundamental dalam metode produksi yang memerlukan pembentukan kapital yang berarti. Dengan katalain pengangguran tercipta akibat adanya perubahan teknologi.

5.4.4.2 Macam-macam pengangguran

Dalam pereekonomian ada manusia yang bisa disebut menganggur dan setengah menganggur . Jumlah tenaga kerja yang menganggur, cukup banyak di negara-negara yang padat penduduknya. Di negara-negara sedang berkembang pengangguran dapat digolongkan ke dalam 3 jenis, yaitu: 1) Pengangguran yang kelihatan (Visible Underemployment).  Hal ini timbul jika jumlah waktu kerja yang sungguh-sungguh digunakan lebih sedikit daripada waktu kerja yang disediakan untuk bekerja.Visible Underemployment dapat dibagi dua yaitu pengangguran kronis (chronic underemployment) dan pengangguran musiman (seasonal underemployment). Jelasnya, pengangguran yang ketara (visiblenunderemployment) timbul karena kurangnya kesempatan kerja. 2) Pengangguran Tak-Ketara (Invisible Underemployment atau Disguised Underemployment). Pengangguran ini terjadi apabila pekerja telah menggunakan waktu kerjanya secara penuh dalam suatu pekerjaan dapat ditarik ke sektor-sektor atau pekerjaan lain tanpa mengurangi output disektor yang ditinggalkan.3) Pengangguran Potensial (Potential Underemployment), pengangguran potensial dapat diartikan bahwa para pekerja dalam suatu sektor dapat ditarik dari sektor tersebut tanpa mengurangi output, tetapi harus dibarengi dengan perubahan-perubahan fundamental dalam metode produksi yang memerlukan pembentukan kapital yang berarti. Dengan katalain pengangguran tercipta akibat adanya perubahan teknologi.


10.
5.4.4.3 Kualitas Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah salah satu faktor yang mempengaruhi Pendapatan Nasional. Dan selama ini kita hanya memperhatikan segi kuantitasnya saja, kita beranggapan bahwa kalau jumlah tenaga kerja meningkat, maka jumlah produktifitas juga meningkat. Pernyataan tersebut tidak seluruhnya benar, karena walaupun jumlah tenaga kerja itu tidak berubah, tetapi bila kualitas dari tenaga kerja tersebut lebih baik atau meningkat, maka tingkat produksi juga akan mengalami peningkatan.Selama ini kita beranggapan bahwa, tingkat produksi hanya tergantung pada jumlah tenaga kerja, maka kita menganggap tenaga kerja itu bersifat homogen. Padahal dalam kenyataannya, tenaga kerja itu bersifat heterogen baik dilihat dari jenis kelamin, usia, kemampuan kerja, dan sebagainya. Oleh karena itu dalam merencanakan pertumbuhan ekonomi, perlu adanya perencanaan tenaga kerja (man power planning) secara tepat. Sehingga suatu negara harus mampu memperkirakan, misalnya jumlah tenaga dokter, tenaga guru, tenaga tukang, akuntan, sekretaris, ahli teknik untuk lima sampai sepuluh tahun yang akan datang.

5.4.4.3 Kualitas Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah salah satu faktor yang mempengaruhi Pendapatan Nasional. Sampai saat ini kita beranggapan bahwa jika jumlah tenaga kerja meningkat maka jumlah produktifitas juga akan meningkat. Selama ini kita beranggapan bahwa, tingkat produksi hanya tergantung pada jumlah tenaga kerja, maka kita menganggap tenaga kerja itu bersifat homogen. Padahal dalam kenyataannya, tenaga kerja itu bersifat heterogen baik dilihat dari jenis kelamin, usia, kemampuan kerja, dan sebagainya. Jadi , perencanaan tenaga kerja harus dilakuaknan secara tepat. Sehingga suatu negara harus mampu memperkirakan, misalnya jumlah tenaga dokter, tenaga guru, tenaga tukang, akuntan, sekretaris, ahli teknik untuk lima sampai sepuluh tahun yang akan datang.

11.
Dalam hubungan ini perlu dijelaskan bahwa hubungan tingkat upah dengan penawaran tenaga kerja perseorangan berbeda dengan hubungan antara tingkat upah dengan penawaran tenaga kerja secara keseluruhan. Hubungan anatara tingkat upah dan penawaran tenaga kerja perseorangan sering ditunjukkan oleh kurva penawaran tenaga kerja yang berbelok ke belakang (backward bending supply curve). Ini berarti bahwa setelah tingkat upah tertentu, naiknya tingkat upah tidak akan mendorong seseorang untuk bekerja lebih lama atau lebih giat, karena pada tingkat pendapatan yang relatif tinggi orang ingin hidup lebih santai.

Jadi hubungan tingkat upah dengan penawaran tenaga kerja perseorangan berbeda dengan hubungan  tingkat upah dengan penawaran tenaga kerja keseluruhan. Dalam perseorangan cenderung  ditunjukkan oleh kurva penawaran tenaga kerja yang berbelok ke belakang (backward bending supply curve). Tinggi nya tingkat upah bukan berarti membuat orang beerja terus menerus karena pada tingkat uapah yang tinggi orang akan lebih hidup santai.
12.
Tetapi hubungan antara tingkat upah dengan penawaran tenaga kerja secara keseluruhan adalah semakin tinggi tingkat upah maka masih akan mendorong semakin banyak orang untuk masuk ke pasar tenaga kerja. Orang-orang yang tadinya tidak mau bekerja pada tingkat upah rendah akan bersedia bekerja pada tingkat upah yang lebih tinggi.

Hubungan antara tingkat upah dengan penawaran tenaga kerja secara keseluruhan adalah semakin tinggi gaji yang diterima maka semakin tinggi tingkat kemauan orang untuk bekerja. Dan orang-orang yang tadi nya tidak mau bekerja karena gaji yang rendah akan mau bekerja dalam gaji yang tinggi.
13.
Dari uraian diatas diperoleh bahwa usaha kita untuk meningkatkan pendapatan nasional adalah lewat peningkatan jumlah tenaga kerja untuk diikutkan dalam kegiatan produksi. Peningkatan tersedianya jumlah tenaga kerja untuk proses produksi itu dapat terlihat dari orang ataupun jumlah hari kerja orang maupun jam kerja orang, karena dapat saja jumlah orang tetap tetapi jumlah hari kerja orang atau jumlah jam kerja orang bertambah.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa usaha kita untuk meningkat kan pendapatan nasional adalah melalui penigkatan jumlah tenaga kerja untuk diikutkan dalam kegiatan produksi.  Peningkatan tersedianya jumlah tenaga kerja untuk proses produksi itu dapat terlihat dari orang ataupun jumlah hari kerja orang maupun jam kerja orang, karena dapat saja jumlah orang tetap tetapi jumlah hari kerja orang atau jumlah jam kerja orang bertambah.

14.
Sekarang bagaimana supaya jumlah jam kerja yang disediakan untuk bekerja itu meningkat. Untuk itu perlu diketahui bahwa tersedianya jam kerja untuk proses produksi itu dipengaruhi oleh kemauan dan kemampuan untuk bekerja. Artinya jika orang mau bekerja tetapi tidak mampu bekerja sama dengan orang yang mampu bekerja tetapi tidak mau bekerja. Oleh karena itu, kita harus sanggup mencari faktor-faktor apa yang dapat meningkatkan kemampuan dan kemauan seseorang untuk bekerja. Berdasar teori ekonomi, bahwa kemauan seseorang untuk bekerja itu dipengaruhi oleh tingkat upah yang ada.

 Bagaiman Cara agar waktu jam kerja yang ada di gunakan sebaik-baiknya.Perlu kita ketahui kemauan dan kemampuan dalam bekerja dilihat dari tersedianya jam kerja. Oleh sebab itu kita harus mencari sebab-sebab yang dapat meningkat kan kemmapuan dan kemauan seseorang untuk bekerja. Berdasar teori ekonomi, bahwa kemauan seseorang untuk bekerja itu dipengaruhi oleh tingkat upah yang ada.

15.
Semakin tinggi tingkat upah, semakin tinggi pula kemauan seseorang untuk bekerja. Sedangkan kemampuan untuk bekerja seseorang dipengaruhi oleh keadaan kesehatan dan kecakapannya, keterampilan dan keahliannya. Selanjutnya tingkat kesehatan dipengaruhi oleh keadaan gizi dan lingkungannya; sedangkan kecakapan, keterampilan, dan keahlian dipengaruhi oleh tingkat pendidikan baik formal maupun nonformal.

Keinginan seseorang untuk bekrja tergantung pada tingkat upah atau gaji yang diterima. Sedangkan kemampuan nya dalam bekerja tergantung dari kesehatan yang di dapat dari gizi  serta keahlian yang di dapat dari pendidikan baik formal maupun non formal.









 Daftar Pustaka









Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peranan Dan Fungsi Pemerintah Dalam Perekonomian & Ruang Lingkup Intervensi Pemerintah

KONSUMSI

makalah saham syariah