Modifikasi TI Muyes
SUMBER DAYA MANUSIA DAN PASAR TENAGA KERJA
Sebagai Tugas Terstruktur Kelompok
dalam Mata Kuliah Teknologi Informasi
Diampu oleh: Dr. Windhu Putra, SE, M.Si
Program Studi Ekonomi Islam
Disusun oleh:
KELOMPOK 4
Yuniar Dwi
Pramaswati B1061151014
Ade Wahyuni B1061151017
Muyesaro B1061151033
Desi Aji B1061151037
Uci Kurnia Bella B1061151041
Ade Wahyuni B1061151017
Muyesaro B1061151033
Desi Aji B1061151037
Uci Kurnia Bella B1061151041
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVESITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
MODIFIKATOR : YUNIAR DWI PRAMASWATI
NO
|
NASKAH ASLI
|
NASKAH MODIFIKASI
|
1.
|
SUMBER DAYA
MANUSIA DAN PASAR TENAGA KERJA
5.1 Pendekatan Ekonomi untuk
Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhanpenduduk adalah perubahan populasi
sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu
dalam sebuah populasi menggunakan "per waktu unit" untuk
pengukuran. Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada semua
spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan sering digunakan secara
informal untuk sebutan demografi nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan
untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia.
|
SUMBER DAYA
MANUSIA DAN PASAR TENAGA KERJA
5.1 Pendekatan Ekonomi untuk Pertumbuhan
Penduduk
Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan jumlah penduduk yang semakin
bertambah di suatu wilayah, yang disebabkan oleh beberapa faktor pendorong
juga adanya pertumbuhan penduduk ini akan mengakibatkan suatu hal yang dapat
dikatakan negatif.Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada semua spesies,
tapi selalu mengarah pada manusia, dan sering digunakan secara informal untuk
sebutan demografi nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan untuk merujuk
pada pertumbuhan penduduk dunia.
|
2.
|
Orang yang pertama-tama mengemukakan teori mengenai penduduk adalah
Thomas Robert Malthus yang hidup pada tahun 1776 – 1824. Kemudian timbul
bermacam-macam pandangan sebagai perbaikan teori Malthus. Dalam edisi
pertamanya Essay on Population tahun 1798 Malthus mengemukakan dua pokok
pendapatnya yaitu : 1) Bahan makanan adalah penting untuk kehidupan manusia,
2) Nafsu manusia tak dapat ditahan.
|
Thomas Robert Malthus yang lahir pada tahun 1776 merupakan orang yang
pertama kali mengemukakan teori tentang penduduk. Saat itu muncul beberapa
pandangan sebagai perbaikan teori Malthus. Pada tahun 1798 Malthus
mengungkapkan di edisi pertamanya Essay on Population dua pokok yaitu bahan
makanan yang penting bagi manusia dan nafsu manusia yang tidak dapat ditahan.
|
3.
|
Malthus juga
mengatakan bahwa pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dari bahan makanan.
Akibatnya pada suatu saat akan terjadi perbedaan yang besar antara penduduk
dan kebutuhan hidup.
|
Pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dari pada bahan makanan maka akan
menyebabkan perbedaan antara penduduk dan kebutuhan hidup, ungkap Malthus.
|
4.
|
Pandangan Malthus dikembangkan sebagai reaksi terhadap pandangan dari
ayah dan rekannya. Terutama Rousseau Esai Malthus dalam An Essay on the
Principle of Population yang terbit pada 1798. Malthus meramalkan bahwa
jumlah populasi akan mengalahkan pasokan makanan dan berdampak berkurangnya
jumlah konsumsi setiap orang. Ia juga memprediksi ini akan terjadi di
pertengahan abad ke 19. Akan tetapi prediksi ini gagal dikarenakan beberapa
hal yaitu penggunaan analisis statisnya, kecendrungan perhitungan mutakhir dan
proyeksi secara tidak terbatas ke masa depan yang selalu gagal untuk sistem
yang kompleks.
|
Malthus memprediksi jumlah penduduk akan mengalahkan jumlah kebutuhan
makanan, maka akan berdampak berkurangnya konsumsi tiap orang. Hal ini
diprediksikan terjadi pada abad 19. Tetapi ramalan ini gagal, diakibat
penggunaan analisis statis, kecendrungan perhitungan dan proyeksi tidak
terbatas dan selalu gagal untuk sistem yang kompleks.
|
5.
|
Dalil yang dikemukakan Malthus yaitu bahwa jumlah penduduk cenderung untuk
meningkat secara geometris (deret ukur), sedangkan kebutuhan hidup riil dapat
meningkat secara arismatik (deret hitung). Menurut pendapat Malthus ada
faktor-faktor pencegah yang dapat mengurangi kepincangan terhadap
perbandingan antara penduduk dan manusia yaitu dengan jalan : 1) Preventive
checks, yaitu faktor-faktor yang dapat menghambat jumlah kelahiran yang
lazimnya dinamakan moral restraint. Termasuk didalamnya antara lain : (1)
Penundaan masa perkawinan, (2) Mengendalikan hawa nafsu, (3) Pantangan kawin,
2) Positive checks, yaitu faktor-faktor yang menyebabkan bertambahnya
kematian, termasuk di dalamnya antara lain : (1) Bencana Alam, (2) Wabah
penyakit, (3) Kejahatan, (4) Peperangan
|
Malthus juga mengungkapkan bahwa peningkatan populasi penduduk secara
geometris (deret ukur), dan kebutuhan meningkat dengan arismatik (deret
hitung). Ia juga berpendapat ada faktor pencegah untuk mengurangi hal
tersebut yaitu : 1) Faktor untuk menghambat jumlah kelahiran (Preventive
check) dengan penindaan masa perkawinan, mengendali hawa nafsu, pantang
kawin. 2) Faktor yang menyebabtkan kematian seperti bencana alam, penyakit,
kejahatan, peperangan.
|
6.
|
Adapun beberapa kelemahan dari teori Malthus adalah : 1) Ia tidak yakin
akan hasil preventive cheks. 2) Ia tidak yakin bahwa ilmu pengetahuan dapat
mempertinggi produksi bahan makanan dengan cepat. 3) Teori ini tidak berlaku
bagi negara barat.
|
Kelemahan dari teori Malthus ialah ia tidak yakin hasil preventive
checks, tidak yakin pula jika ilmu pengetahuan dapat mempertinggi tingkat
konsumsi dan teori ini tidak berlaku bagi negara barat.
|
7.
|
Teori Malthus memang benar dan berlaku sepanjang masa. Penganut
golongan ini setuju dengan Teori Malthus, meskipun ada beberapa tambahan
/revisi. Pengikut Malthus ini disebut Neo Malthusionism. Mereka beranggapan
bahwa untuk mencapai tujuan hanya dengan moral restraint (berpuasa, menunda –
perkawinan) adalah tidak mungkin. Mereka berpendapat bahwa untuk mencegah
laju cepatnya peningkatan cacah jiwa penduduk harus dengan methode birth
control dengan menggunakan alat kontrasepsi.
|
Pengikut
Malthus ini disebut Neo Malthusionism. Mereka beranggapan bahwa untuk
mencapai tujuan hanya dengan moral restraint (berpuasa, menunda – perkawinan)
adalah tidak mungkin. Mereka berpendapat bahwa untuk mencegah laju cepatnya
peningkatan cacah jiwa penduduk harus dengan methode birth control dengan menggunakan
alat kontrasepsi.
|
8.
|
Namun ada
beberapa pendapat ilmuan yang
menentang pendapat maltus yakni
“Aliran Marxist (Karl Marx dan Fried Engels)”. Aliran ini tidak sependapat
dengan Malthus (bila tidak dibatasi penduduk akan kekurangan makanan). Karl Marx
dan Friedrich Engels (1834) adalah generasi sesudah Maltus. Paham Marxist
umumnya tidak setuju dengan pandangan Maltus, karena menurutnya paham Maltus
bertentangan dengan nurani manusia.
|
Aliran Marxist (Karl Marx dan Fried Engels) menentang teori Maltus.
Mereka menggangap bahwa teori Maltus bertentangan denga hati nurani manusia
pada umumnya.
|
9.
|
Dasar Pegangan
Marxist adalah beranjak dari pengalaman bahwa manusia sepanjang sejarah akan
dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Beda pandangan Marxist dan
Maltus adalah pada “Natural Resource” tidak bisa dikembangkan atau
mengimbangi kecepatan pertumbuhan penduduk. Menurut
Marxist tekanan penduduk di suatu negara bukanlah tekanan penduduk terhadap
bahan makanan, tetapi tekanan terhadap kesempatan kerja (misalnya di negara
kapitalis). Marxist juga berpendapat bahwa semakin banyak jumlah manusia
semakin tinggi produk yang dihasilkan, jadi dengan demikian tidak perlu
diadakan pembatasan penduduk.
|
Patokan Marxist adalah manusia akan bisa menyesuaikan diri seiring dengan
berkembangnya zaman. Pandangan Marxist dan Malthus berbeda jika dilihat dari
“Natural Resource” yang tidak bisa dikembangkan. Menurut Marxist pertumbuhan
penduduk bukan berorientasi pada jumlah bahan makanan, tetapi kepada
kesempatan kerja. Sebab baginya semakin tinggi jumlah penduduk, maka semakin
tinggi produk yang dihasilkan. Oleh karena itu tidak ada hak dalam pembatasan
jumlah penduduk.
|
10.
|
Pendapat
Aliran Marxist; 1) Populasi manusia tidak menekan makanan, tapi mempengaruhi
kesempatan kerja. 2) Kemeralatan bukan terjadi karena cepatnya pertumbuhan
penduduk, tapi karena kaum kapitalis mengambil sebagian hak para buruh. 3) Semakin
tinggi tingkat populasi manusia, semakin tinggi produktifitasnya, jika
teknologi tidak menggantikan tenaga manusia sehingga tidak perlu menekan
jumlah kelahirannya, ini berarti ia menolak teori Malthus tentang moral
restraint untuk menekan angka kelahiran.
|
Aliran Marxist : 1.) Jumlah penduduk tidak mempengaruhi jumlah makanan,
tetapi mempengaruhi jumlah kesempatan kerja. 2.) Kemiskinan bukan karena
pertumbuhan penduduk, akan tetapi karena para penduduk kapitalis mengambil
hak dari para buruh. 3.) Semakin tinggi jumlah penduduk maka semakin tinggi
produktifitasnya sehingga tidak perlu menekan angka kelahiran.
|
11.
|
Pada abad 20 teori Malthus mulai diperdebatkan kembali. kelompok Aliran
Neo-Malthusian (Garreth Hardin & Paul Ehrlich), menyokong aliran Malthus,
akan tetapi lebih radikal lagi dan aliran ini sangat menganjurkan untuk
mengurangi jumlah penduduk dengan menggunakan cara-cara “Preventif Check”
yaitu menggunakan alat kontrasepsi.
|
Abad 20 teori Malthus kembali diperdebatkan. Aliran Neo Malthus memperdebatkan
aliran Malthus. Tetapi radikal dari aliran ini sangat menganjurkan mengurangi
jumlah penduduk dengan cara “”preventif Check” yaitu menggunakan alat
kontrasepsi.
|
12.
|
5.2 Investasi Pendidikan
Sebuah lembaga
pendidikan mempunyai kans yang cukup besar di era persaingan, mendapat image
positif serta dapat eksis di masa depan jika lulusannya banyak terserap di
pasar kerja. Langkah proaktif sebagai
aktivitas dini dalam menyikapi perubahan yang cukup mendasar tersebut,
merupakan tindakan antisipasi, reaksi responsif dan sensitif dari konsekuensi
evolusi proses kemajuan pendidikan. Karena itu strategi yang direncanakan ini
akan menjadi jalan pemerintah dalam mencapai tujuan, bukan by accident tetapi
by plan. By plan akan matang jika diiringi perencanaan, pengendalian, design
dan manajerial yang baik maka lembaga pendidikan akan menghasilkan lulusan
yang kompetitif dan relevan di pasar kerja.
|
5.2 Investasi Pendidikan
Pendidikan menjadi lembaga yang sangat besar di era persaingan,
mendapatkan image positif dan bisa eksis dimasa depan jika lulusan banyak
terserap di pasar kerja. Sebuah sistem pendidikan
sangatlah diperlukan karena hal ini lah yang nantinya akan mengatur jalannya
pendidikan di sebuah negara dan akan menjadi pedoman untuk jalannya proses
pendidikan tersebut. Sistem pendidikan terdiri dari beberapa komponen yang
terdiri dari input, process, output, enviromental, dan, outcomes.
Komponen-komponen tersebut mempunyai fungsi tertentu yang menjalankan sebuah
fungsi struktur mencapai tujuan sistem tersebut.
|
13.
|
5.2.1 Konsep Pendidikan Berorientasi Tenaga
Kerja
Konsep pendidikan berorientasi tenaga kerja di Indonesia, dipersiapkan
untuk menyiapkan lulusan yang siap pakai, siap jual, siap guna dan mandiri.
Langkah yang ditempuh dengan pendidikan berbasis life skill.
|
5.2.1 Konsep Pendidikan Berorientasi Tenaga
Kerja
Salah satu
tolak ukur dari keberhasilan suatu proses pendidikan adalah apabila ada
relevansi hasil lulusan dengan pasar tenaga kerja dan bagi institusi
pendidikan yang mempunyai unit produksi seharusnya mengarahkan produknya
dengan kebutuhan pasar dalam hal ini dunia industri dan dunia usaha bahkan
masyarakat luas.
|
14.
|
Pendidikan berbasis kecakapan hidup adalah pendidikan yang membekali
kecakapan yang dimiliki oleh peserta didik untuk mau dan berani menghadapi
problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian
secara proaktif, kreatif dan inovatif mencari, menemukan solusi sehingga
mampu mengatasi permasalahannya.
|
Berbicara soal pendidikan tidak hanya berbicara tentang ilmu pengetahuan.
Pendidikan juga bisa membawa kita kepada kecakapan hidup yang artinya
pendidikan dapat membekali seseorang untuk mau dan berani menghadapi masalah
kehidupan secara alami tanpa ada rasa tertekan pada batinnya. Pendidikan
berbasis kecakapan hidup juga bisa menemukan solusi sehingga peserta didik
dapat mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
|
15.
|
Konsep
kecakapan hidup (life skill) lebih luas dari keterampilan
untuk bekerja, tidak hanya sekedar keterampiian manual. Menurut Kaluge
(2002), (Slamet, 2005) Kecakapan hidup dapat dipilah menjadi lima, yaitu; 1)
kecakapan mengenal diri (self awarness), yang juga sering disebut kemampuan
personal (personal skill), 2) kecakapan berpikir rasional (thinking skill),
3) kecakapan sosial (social skill), kecakapan akademik (academic skill), dan
4) kecakapan vokasional (vocational skill) ".
|
Life Skill atau kemampuan hidup tidak hanya sekedar kemampuan
keterampilan manual. Kaluge dan Slamet berpendapat kecakapan hidup dibagi menjadi
5 yaitu kemampuan mengenal diri sendiri (Self Awarness) atau kemampuan
personal (Personal Skill), kemampuan berfikir rasional (Thinking
Skill), kemampuan sosial (Social Skill), kemampuan akademik (Academic
Skill), kemampuan vokasional (Vocational Skill).
|
16.
|
Setelah
kecakapan hidup yang diberikan, maka seorang peserta didik juga digali
kemampuan dan potensi kecerdasannya dari delapan macam kecerdasan (Gardner,
1993), yaitu: 1) Linguistic intelligence, 2) Logical-mathematical
intelligence, 3) intelligence, 4) Bodily-Kinesthetic
intelligence, 5) Musical intelligence, 6) Interpersonal intelligence, 7)
Intrapersonal intelligence, 8) Naturalist intelligence
|
Apabila sesorang telah memiliki kemapuan dan potensi kecerdasannya dari 8
macam kecerdasan (Gardner, 1993) yaitu Linguistic Intelligenci, Logical
Mathematical Intelligence, Intelligence, Bodily Kinesthetic Intelligence,
Musical Intelligence, Interpersonal Intelligence, Intrapersonal Intelligence,
dan Naturalist Intelligence.
|
MODIFIKATOR : MUYESARO
NO
|
NASKAH ASLI
|
NASKAH MODIFIKASI
|
1.
|
Menurut BPS pengangguran terbuka merupakan
bagian dari angkatan kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan
(baik bagi mereka yang belum pernah bekerja sama sekali maupun yang sudah
pernah berkerja), atau sedang mempersiapkan suatu usaha, mereka yang tidak
mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin untuk mendapatkan pekerjaan dan
mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.
|
Bagian pengangguran terbuka tidak hanya yang tidak bekerja melainkan juga
pengangguran yang mencari pekerjaan atau yang tengah mempersiapkan untuk
berwirausaha. Dan untuk bagi mereka yang tidak mencari pekerjaan itu
dikarenakan mereka berfikir tidak mungkin untuk mendapatkan nya selain itu
juga ada yang sudah memiliki pekerjaan namun belum memulai nya.
|
2.
|
Pengangguran memberikan problematika tersendiri bagi negara.
Pengangguran dapat mempengaruhi daya beli masyarakat. Karena tidak adanya
pendapatan yang diterima, pengeluaran untuk membiayai kehidupan seharihari
pun menjadi terganggu. Hal ini kemudian akan membuat masyarakat menjadi
miskin atau semakin miskin. Selain itu, meningkatnya pengangguran terbuka
sebagai akibat tidak terkelolanya ketenagakerjaan dengan baik dapat
memberikan dampak serius, seperti meningkatnya kriminalitas yang selanjutnya
dapat menganggu stabilitas negara. Makin tinggi jenjang pendidikan si
penganggur, akan semakin berbahaya bagi negara.
|
Masalah adanya pengangguran tidak hanya merugikan dirinya sendiri
melainkan juga dapat merugikan orang lain bahkan bagi masyarakat luas dan
negara. Karena adanya pengangguran dan tidak adanya pendapatan sistem daya
beli masyarakat berkurang sehingga menyebabkan masalah lain dan pengangguran
juga dapat menyebabkan kriminalitas seperti, mencuri , merampok dan sebagai
nya hanya untuk memperoleh pendapatan.
|
3.
|
Sampai saat ini dinilai belum terjadi atau belum sepenuhnya terjadi
link and match (keterkaitan dan kecocokan) antara dunia pendidikan dengan
dunia usaha. Dengan kata lain belum terjadi sinkronisasi antara lembaga
penyelenggara pendidikan dengan perkembangan lapangan pekerjaan. Dampaknya
adalah banyak lulusannya yang kemudian tidak terserap oleh pasar kerja,
sehingga menimbulkan atau bahkan menambah tingginya tingkat pengangguran.
Lembaga penyelenggara pendidikan pada umumnya lebih terfokus pada lulusan
berkualitas, namun kurang memperhatikan kebutuhan pasar itu sendiri.
|
Seperti yang kita ketahui persentase pengangguran lebih dominan pada
lulusan S1 itu disebabkan karena dunia pendidikan dan pekerjaan belum sama
atau belum adanya kecocokan, contoh nya banyak lulusan ekonomi yang
menganggur karena banyak nya lapangan pekerjaan untuk lulusan lain misal nya.
Penyebab lain adalah penyelenggara pendidikan hanya memperiotitaskan pada
lulusan yang baik dan tidak memikirkan lapangan pekerjaan nanti nya.
|
4.
|
Melihat keadaan ini memang sangat diperlukan perencanaan yang matang
dan juga analisis kebutuhan peluangpeluang kerja yang ada, dan yang
diproyeksikan akan besar kebutuhannya. Analisis tersebut kemudian
disinkronkan dengan pendidikan. Sebagai contoh adalah ketika Sarjana Ekonomi
sudah begitu banyak namun kesempatan kerja untuk lulusannya tidak berubah,
maka institusi pendidikan perlu mengurangi kuota mahasiswa dalam jurusan
Ekonomi tersebut. Sebaliknya, ketika Sarjana Komputer/Multimedia yang akan
banyak dibutuhkan, maka institusi pendidikan perlu menambah kuota mahasiswa
dalam jurusan tersebut. Dengan demikian, terciptalah link and match antara
pendidikan dan ketenagakerjaan, yang selanjutnya dapat menghindar dari
pemborosan sumber daya pendidikan.
|
Dari situasi yang kita ketahui sekarang , maka kebutuhan-kebutuhan
peluang kerja harus direncanakan dengan matang dan perlunya kecocokan antara
pendidikan dan lapangan pekerjaan. Jadi dengan kata lain kita harus melihat
terlebih dahulu kesempatan pekerjaan dibidangpendidikan apa yang paling
dominan agar antar lembaga pendidikan dam pekerjaan sama, sehingga tidak
adanya lulusan yang mengnggur dan pengangguran pun berkurang.
|
5.
|
Penanggulangan yang lain untuk
mengurangi pengangguran adalah
dengan menanamkan,
mensosialisasikan, dan
mendukung kewirausahaan. Namun, seperti tercatat dalam Sensus
Ketenagakerjaan Nasional 2007, hanya 5 persen dari jumlah angkatan kerja
Indonesia yang berminat pada kewirausahaan. Selebihnya lebih memilih menjadi
karyawan maupun pegawai yang bekerja dengan mendapatkan gaji atau upah.
|
Cara lain untuk meminimalisir pengangguran adalah dengan menciptakan
kewirausahaan sendiri, dengan berwirausaha sendiri kita tidak perlu bersusah
payah mencari pekerjaan dan upah dari orang lain , tetapi dari yg kita
ketahui kemauan untuk berwirausaha sangat kecil, karena akan takut nya rasa
rugi dan tidak maju menjadi penyebab utama berwirausaha , maka dari itu
kebanyakan orang memilih untuk bekerja dan mendapat gaji dari orang lain.
|
6.
|
Sebagaimana diketahui bahwa kewirausahaan tak diragukan lagi merupakan
salah satu solusi terbaik dalam menghadapi pengangguran dimasa seperti
sekarang ini. Selain menciptakan pekerjaan bagi diri sendiri, kewirausahaan
juga membuka kesempatan kerja bagi orang lain. Namun kewirausahaan sangat
membutuhkan dukungan dari pemerintah, termasuk dukungan modal, sarana dan
prasarana.
|
Dengan melakukan kewirausahaan sendiri kita dapat memberikan kesempatan
pekerjaan untuk diri sendiri bahkan untuk orang lain. Kewirausahaan pada umum
nya membutuhkan tekad yang kuat dan berani untuk memulai dari nol tak hanya itu
berwirausaha juga membutuhkan dukungan kuat dari orang sekitar bahkan
pemerintah untuk dalam segala hal. Sebagai contoh pemerintah perlu nya
memberikan seminar umum tentang berwirausaha untuk umum dan semua kalangan
masyarakat guna menciaptakan niat untuk berwirausaha.
|
7.
|
Selain itu, kewirausahaan biasanya tumbuh dan berkembang diantara
mereka yang memiliki keluarga dan lingkungan yang sudah melakukan kegiatan
wirausaha. Dengan demikian wirausaha sudah menjadi budaya mereka sejak
kanakkanak. Untuk kelompok ini, pemerintah tidak perlu menumbuhkan budaya
wirausaha lagi. Bagi mereka, yang penting pemerintah dapat memberikan iklim
usaha yang sehat.
|
Dalam berwirausaha biasa nya dapat diperoleh dari turun temurun keluarga
seperti seorang ayah yang memiliki usaha rumah makan dan dikemudian hari
pasti usaha tersebut akan diwariskan kepada sang anak meskipun sang anak
tidak memiliki skill dalam usaha tersebut . jadi dalam hal tersebut warisan
usaha merupakan salah satu yang dapat dikembang kan dikemudian hari. Dan
pemerintah hanya perlu memberi arahan-arahan berusaha yang baik dan benar .
|
8.
|
Oleh karena itu, instansi terkait perlu
menumbuhkan kelembagaan budaya wirausaha melalui usahausaha pendidikan dan
kegiatankegiatan lainnya, menciptakan iklim usaha yang kondusif, kepastian
usaha, stabilitas ekonomi dan politik sehingga dapat menarik dan menggiatkan
kewirausahaan yang selanjutnya membuka lapangan pekerjaan yang lebih besar. Lapangan pekerjaan inilah yang sangat dibutuhkan dalam meminimalisir
pengangguran, baik yang terdidik maupun yang tidak terdidik.
|
Perlu nya mencipatakan rasa kelembagaan unuk budaya wirausaha sangat
penting, membuat uasaha yang aman serta damai serta harapan yang naik untuk
kedepan nya dan lain sebagai nya untuk memberikan usaha lain kedepan nya dan
mebuat lapangan pekerjaan yang lebih besar dala segi apapun sehingga juga
membuat pengangguran berkurang untuk semua tingkatan .
|
9.
|
Manajemen ketenagakerjaan memang bukan hal yang mudah. Namun apabila
didukung oleh perencanaan pendidikan dan analisis kesempatan kerja yang
akurat, serta iklim yang kondusif bagi wirausahawan, tentu pengurangan
tingkat pengangguran akan dapat terealisasi.
|
Mengatur lapangan pekerjaan tak
semudah membalikkan telapak tangan butuh waktu dan proses yang panjang , akan
tetapi jika perencanaan pendidikan yang matang serta kesempatan kerja yang
baik dan benar dan waktu yang pas untuk berwirausah , maka itu semua akan
dapat mengurangi tingkat pengangguran di daerah kita bahkan di negara ini.
|
10.
|
Keilmuan yang mendasar dan fokus mengajarkan sesuatu itu kuat, fokus
dan benar- benar menjadikan ia pakar, bukan setengah-setangah atau “Jadi bisa
saja”. Contoh ; jurusan teknik atau rekayasa kurang perlu menempuh mata
kuliah yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan ilmu dasar bidang
rekayasa, jika hal itu memperlambat waktu lulus dan menyebabkan rendahnya
kompetensi Iulusan, Hal ini dirasa akan menambah beban dan menghabiskan waktu
proses belajar yang terfokus pada teori. Oleh sebab itu, sebaiknya digantikan
dengan praktek dan ilmu yang lebih relevan sesuai tuntutan pasar.
|
Dalam sistem pendidikan harus adanya mata kuliah yang benar-benar
memfokuskan pada bidang yang diambil dan bisa di singkronkan dengan kebutuhan
pasar sehingga mempermudah dalam hal lapangan pekerjaan nantinya . namun jika
kita hanya belajar tentang teori bahkan tidak sesuai dengan jurusan yang kita
ambil maka hal tersebut akan mempersulit kita pada saat di lapangan.
|
11.
|
Perguruan tinggi bidang rekayasa dan sains
terapan akan lebih baik jika menggunakan focused based, karena hakekat
pendidikan di jurusan terapan dan rekayasa adalah menghasilkan keluaran siap
pakai, siap kerja, artinya setiap lulusan yang di hasilkan lembaga pendidikan
dapat terserap dan mampu diterima di pasar kerja, paling tidak ia bisa
mandiri dengan ilmu yang ia peroleh.
Hal ini juga dirasakan bahwa Iulusan SMU hampir tidak laku lagi di
pasar kerja, kecuali sebagai tenaga kasar atau buruh. Bahkan tidak sedikit lembaga pendidikan D3 atau SI yang menjual ijazah
semata, yang didukung minimnya teori. Yang paling dikhawatirkan adalah kita
sedang berada pada situasi pembohongan publik dan pelacuran pendidikan
(Suranto, 2006) .
|
Menggunakan sistem fokus apa yang didasarkan lebih efisien untuk
mendapatkan lapangan pekerjaan . contoh nya dalam jurusan yang menggunakan
sistem focused based dapat menghasilakn lulusan yang siap untuk dilapangan
dan diteriam di pasar kerja, karena sistem trsebut membuat lulusan hanya fokus
pada satu bidang yang dikerjakan. Karena di zaman sekarang ini lulusan
terbaik pun tidak menjamin mendapatkan lapangan pekerjaan yang diinginkan ,
apalagi yang hanya luluan dibawah S1 dan sebagainya terlebih lagi jika
minimnya teori yang diketahui.
|
12.
|
5.2.4 Pendidikan Tidak
Seharusnya Berorientasi Pasar
Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan
mengatakan pendidikan tidak seharusnya berorientasi pada pasar untuk memenuhi
kebutuhan kerja . Idealnya, menurut Anies, pendidikan bermanfaat untuk
menjadikan anak sebagai pembelajar sepanjang hayat. Paling terpenting
menjadikan siswa pembelajar sepanjang hayat karena diberikan saat ini belum
tentu dengan apa yang dihadapinya pada masa depan. Pembelajar seumur hidup
lebih berat ketimbang menjadikan anak sebagai spesialis atau super spesialis.
Namun, kesulitan ini menjadi tantangan bagi dunia pendidikan.
|
5.2.4 Pendidikan
Tidak Seharusnya Berorientasi Pasar
Menurut Anis Baswedan, pendidikan tidak selalu di kaitakn dengan lapangan
pekerjaan di pasar karena manfaat utama dari pendidikan adalah sebagai
pengetahuan anak sepanjang masa. Dalam pembelajaran yang sekarang tidak akan
sama untuk bekal maslaah kedepan nya nanti karena tuntutan hidup lebih berat
dari segalanya .
|
13.
|
Selain itu, menurut Anies, dalam dunia pendidikan terdapat tiga
komponen penting yang perlu disiapkan untuk generasi muda. Pertama adalah
integritas. "Zaman sekarang investor bisa diamankan kalau ada koneksi.
Namun di masa depan mungkin ini tidak bisa dilakukan lagi. Maka siswa harus
dididik agar mempunyai integritas, Kedua, anak-anak harus dididik agar
memiliki jiwa kewirausahaan. Sebab, jiwa kewirausahaan akan menjadikan murid
melihat kesulitan sebagai kesempatan. "Orang yang mempunyai jiwa usaha
adalah orang yang selalu optimistis," Ketiga, anak-anak harus diberi
bekal agar mempunyai kemampuan komunikasi yang tinggi. Tanpa kemampuan
komunikasi yang baik maka susah menghadapi masa depan. Penguasaan bahasa
menjadi sangat penting. Menguasai bahasa Indonesia dengan baik diperlukan
guna membangun komunikasi dalam negeri. Selain itu, membekali siswa dengan
bahasa internasional juga wajib dilakukan. Ini agar Indonesia bisa
mempengaruhi dunia, bukan menerima apa-apa dari dunia.
|
Ada 3 komponen yang harus di ingat dalam dunia pendidikan menurut Anis Baswedan
yaitu integritas, integritas yg tinggi akan membawa anak pada masadepan yang
muda. Lalu jiwa kewirausahaan , salah satu lapangan pekerjaan yang dapat di
ciptakan sendiri ialah berwirausaha sendiri . sera yang terakhir kemampuan
komunikasi yang tinggi , lapangan pekerjaan sangat membutuhkan orang-orang
yang mampu berbicara dengan baik , dan public speaking adalah salah satu yang
terpenting dalam hal pekerjaan dan bahkan akan lebih baik jika bisa mennguaai
bahasa internasional karena akan memudahkan kita dimana saja kita melakukan
pekerjaan.
|
14.
|
5.2.5 Membangun Culture Of
Doing
Pekerjaan lanjutan untuk menyelaraskan dunia pendidikan dan dunia kerja
adalah mengatur keseimbangan antara pembelajaran akademik dan pembelajaran
keterampilan untuk mendapatkan kompetensi lulusan. Kompetensi lulusan ini
berpengaruh pada link and match dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Berpikir
kritis, kreatif, membuat keputusan, menyelesaikan masalah dan belajar dengan
cepat adalah kompetensi yang diperlukan dunia kerja dan harus dimiliki
lulusan. Untuk itu pendidikan harus di fokuskan untuk melakukan hal-hal yang
berguna.
|
5.2.5 Membangun Culture Of
Doing
Pembelajaran akademik dan non akademik keduanya sangat penting dalam hal
pekerjaan , sehingga perlu nya keseimbngan anatara keduanya agar lulusan
tidaka hanya pandai dibidang akademik saja melainkan dalam bidang non
akademik juga sehingga menghasilkan lulusan yang berkompetensi yang dapat
diterima oleh pasar .
|
MODIFIKATOR : ADE WAHYUNI
NO
|
NASKAH ASLI
|
NASKAH MODIFIKASI
|
1.
|
Untuk mendapatkan pendidikan yang berfokus pada hal-hal yang berguna,
maka kita perlu membangun culture of doing. Culture of doing merangsang
peserta didik untuk merubah pola pikir dari budaya "mengetahui"
menjadi budaya "melakukan". Hal ini karena meskipun secara
akademik, peserta didik menguasi materi pembelajaran, tetapi mereka sering
mengeluh merasa tidak ada hubungan antara apa yang mereka pelajari dengan
dunia nyata. Dengan terbentuknya culture of doing, maka pola pendidikan di
Indonesia akan menghasilkan peserta didik yang siap menghadapi tantangan
dunia nyata sekaligus beradaptasi langsung dengan dunia kerja.
|
Dengan
membangun culture of doing, kita akan mendapatkan pendidikan yang merangsang
peserta didik untuk merubah pola pikir dari budaya “mengetahui” menjadi
“melakukan”. Meskipun secara akademik, peserta didik menguasai materi
pembelajaran, tetapi mereka sering mengeluh karena tidak ada hubungannya antara
materi pembelajaran dengan dunia nyata. Maka dari itu, dengan terbentuknya
culture of doing dapat mengubah pola pendidikan di Indonesia.
|
2.
|
Dalam culture of doing, peserta didik didorong untuk terlibat dengan
dunia nyata, menganalisis segala sesuatu yang terjadi dan menghubungkan
dengan pembelajaran yang telah mereka terima. Premis utama culture of doing
adalah bahwa peserta didik harus terlibat pembelajaran baik melalui penekanan
pada upaya kolaboratif, berbasis proyek tugas, dan atau melalui fokus
non-akademik. Langkah-langkah menuju pelaksanaan culture of doing adalah
dengan memulai dari kelas mereka sendiri, seperti memperkenalkan "tugas-tugas
yang bermakna dalam kehidupan sehari hari" ke dalam kelas. Sebagai
contoh culture of doing adalah dalam pelajaran ekonomi, peserta didik dapat
mempelajari konsep jual beli dengan langsung mempraktekannya di sentra-sentra
bisnis lokal/pasar dan berusaha mendapatkan laba/keuntungan.
|
Culture of
doing akan mendorong peserta didik untuk terlibat dengan dunia nyata dan
menghubungkan pembelajaran yang telah mereka terima. Dalam memperlajari
konsep jual beli dalam kehidupan sehari-hari merupakan contoh culture of
doing, peserta didik dapat mempraktekannya di sentra-sentra bisnis
lokas/pasar dan berusaha mendapatkan laba/keuntungan.
|
3.
|
5.2.6 Kebijakan Pemerintah Di
Bidang Pendidikan Dalam Menghadapi
Pengangguran
Adanya mismatch antara yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan dengan
kebutuhan pasar tenaga kerja menjadi perhatian serius pemerintah saat ini.
Sebagai contoh, dalam rangka meningkatan
kualitas terhadap lulusan
SMK, Depdiknas akan memperbanyak simulasisimulasi
industri di masingmasing SMK. Simulasi industri dimaksud ditujukan agar para
siswa SMK mendapatkan pengetahuan tentang budaya kerja, kondisi riil di
industri, dan penguasaan teknologi.
|
5.2.6 Kebijakan Pemerintah Di
Bidang Pendidikan Dalam Menghadapi
Pengangguran
Pemerintah
harus memperhatikan dengan serius masalah ketidakcocokan antara yang
dihasilkan oleh lembaga pendidikan dengan pasar tenaga kerja. Sebagai contoh,
depdiknas akan memperbanyak simulasi-simulasi industri di masing-masing SMK,
maka yang akan terjadi lulusan SMK mendapatkan kualitas yang meningkat.
|
4.
|
Pengembangan pola kemitraan juga akan dilakukan sebagai rencana aksi
pemerintah. Kemitraan tersebut akan dijalin antara SMK, pendidikan tinggi
vokasi, dan pelatihan keterampilan dengan dunia industri, termasuk industri
kreatif. Hal ini dilakukan dalam rangka memperkuat intermediasi dan
kesempatan pemagangan serta kesesuaian pendidikan/ pelatihan dengan dunia
kerja.
|
Pemerintahberencanamengembangkan
pola kemitraan dalam rangka memperkuat intermediasi dan kesempatan pemagangan
yang akan dijalin antara SMK, pendidikan tinggi vokasi dan pelatihan
keterampilan.
|
5.
|
Upaya yang direncanakan dalam bidang pendidikan adalah : pertama: peningkatan pelayanan pendidikan dasar 9
tahun yang bermutu dan terjangkau.
Konsep Pendidikan Dasar 9 tahun sesuai
dengan konsep Pendidikan Dasar 9 tahun yang tertera pada UU Sisdiknas
2003, yakni dimaksudkan untuk
memberikan peluang kepada siswa yang tidak dapat meneruskan pendidikan ke
jenjang pendidikan menengah (SLTA). Disamping itu, untuk memenuhi kebutuhan
tenaga kerja kasar/teknisi yang banyak dibutuhkan pada saat itu, yang dengan
pendidikan 6 tahun dianggap tidak memadai. Pendidikan dasar 9 tahun juga
merupakan pondasi dari kualitas pendidikan. Dengan demikian, masyarakat haruslah
mendapat kemudahan dalam mengakses pendidikan 9 tahun dengan mutu yang baik
dan biaya seminimal mungkin.
|
Upaya pertama yang direncanakan dalam bidang pendidikan adalah dengan
meningkatkan pelayanan pendidikan 9 tahun yang bermutu dan terjangkau yang sesuai
dengan konsep pendidikan yang tertera pada UU Sisdiknas 2003. Pendidikan
dasar 9 tahun merupakan pondasi dari kualitas pendidikan. Dengan demikian,
masyarakat seharusnya mendapat kemudahan untuk mengakses pendidikan 9 tahun
yang bermutu dan terjangkau.
|
6.
|
Kedua: peningkatan profesionalisme dan pemerataan distribusi guru.
Seperti diketahui, guru merupakan pangkal dari keberhasilan pendidikan.
Denganmeningkatkanprofesionalisme guru berarti akan memperbaiki kualitas
pendidikan di Indonesia. Hal inilah yang kemudian membuahkan SDMSDM yang
bermutu dan kemudian dapat bersaing dengan SDM luar negeri. Dengan demikian
akan terbuka kesempatan kerja yang lebih luas karena tak hanya terbatas di
dalam negeri saja.
|
Upaya yang
kedua adalah dengan meningkatkan prefesionalisme dan pemerataan distribusi
guru yang akan memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Dengan demikian,
dapat membuahkan SDM yang bermutu dan dapat bersaing dengan SDM luar negeri
yang akan mendapatkan kesempatan kerja yang lebih luas.
|
7.
|
Ketiga: peningkatan daya saing
pendidikan tinggi. Rencana aksi dari
program ini adalah dengan memberikan beasiswa PTN untuk
siswa SMA/SMK berprestasi dan kurang mampu. Selain itu, dengan
mengembangkan kewirausahaan, termasuk technopreneur (enterpreneur di bidang
IT) bagi dosen dan mahasiswa melalui kerjasama antar institusi pendidikan
dengan dunia usaha. Perlu pula diketahui bahwa pada akhirakhir ini memang
banyak perguruan tinggi yang telah memasukkan mata kuliah kewirausahaan
sebagai mata kuliah wajib.
|
Upaya ketiga
adalah dengan meningkatkan daya saing pendidikan tinggi dengan memberikan
beasiswa PTN untuk siswa SMA/SMK berprestasi/kurang mampu dan dengan
mengembangkan kewirausahan. Kebanyakan perguruan tinggi telah memasukkan mata
kuliah kewirausahaan sebagai mata kuliah wajib.
|
8.
|
Melalui berbagai upaya sebagaimana diuraikan
diatas, diharapkan akan tercipta link and match antara pendidikan dan
ketenagakerjaan yang dibutuhkan pasar tenaga kerja, serta selanjutnya dapat
menurunkan tingkat pengangguran ke level yang terendah.
|
Dengan adanya
tiga upaya tersebut, diharapkan akan tercipta link and match antara
pendidikan dan ketenagakerjaan yang dibutuhkan pasar tenaga kerja, menurunkan
tingkat pengangguran.
|
9.
|
5.3 Kesehatan dan
Produksivitas Kerja
Jumlah angkatan kerja di Indonesia terus meningkat. Saat ini mencapai
113,74 juta jiwa dan yang bekerja mencapai 104,49 juta jiwa (BPS, 2009). Pemenuhan kecukupan gizi pekerja selama
bekerja merupakan salah satu bentuk penerapan syarat keselamatan, dan kesehatan
kerja sebagai bagian dari upaya meningkatkan derajat kesehatan pekerja. Gizi
merupakan salah satu aspek kesehatan kerja yang memiliki peran penting dalam
peningkatan produktivitas kerja. Hal
ini perlu menjadi perhatian semua pihak, terutama pengelola tempat kerja
mengingat para pekerja umumnya menghabiskan waktu sekitar 8 jam setiap
harinya di tempat kerja.
|
5.3 Kesehatan
dan Produksivitas Kerja
Menurut BPS 2009, jumlah angkatan kerja di Indonesia mencapai 113,74 jiwa
dan yang bekerja mencapai 104,49 juta jiwa. Pengelola tempat kerja harus
memperhatikan pemenuhan kecukupan gizi pekerja selama bekerja dan kesehatan
kerja pekerja.
|
10.
|
Rendahnya produktivitas kerja dianggap akibat kurangnya motivasi kerja,
tanpa menyadari faktor lainnya seperti gizi pekerja. Perbaikan dan
peningkatan gizi mempunyai makna yang sangat penting dalam upaya mencegah
morbiditas, menurunkan angka absensi serta meningkatkan produktivitas kerja.
|
Kurangnya
motivasi kerja dan gizi pekerja berakibat merendahnya produktivitas kerja
yang harus diperhatikan. Dengan memperbaiki dan meningkatkan gizi dapat
mencegah morbiditas, menurunkan angka absensi serta meningkatkan produktivitas
kerja.
|
11.
|
Berat ringannya beban kerja seseorang ditentukan oleh lamanya waktu
melakukan pekerjaan dan jenis pekerjaan itu sendiri. Semakin berat beban
kerja, sebaiknya semakin pendek waktu kerjanya agar terhindar dari kelelahan
dan gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya.
|
Beban kerja
seseorang ditentukan oleh lamanya waktu dan jenis pekerjaan yang dilakukan.
Seharusnya jika semakin berat beban kerja, sebaiknya semakin pendek waktu
kerjanya agar tidak kelelahan dan terhindar gangguan fisiologis.
|
12.
|
Tabel V.1.
Pengelompokan
Beban Kerja Berdasarkan Proporsi Waktu Kerja
Kelompok
aktivitas Jenis kegiatan
Contoh aktivitasRingan
Laki-laki
Perempuan 75% dari waktu yang digunakan adalah untuk duduk atau berdiri
dan 25% untuk kegiatan berdiri dan berpindah (moving)Aktivitas kantor tanpa
olahraga. Aktivitas fisik yang tidak menguras tenaga. Duduk memotong kedua
ujung batang rokok [perempuan). Berdiri di depan mesin memasukan Seng ke
dalam mesin pembuatan tutup kaleng (laki-laki)
Sedang
Laki-laki
Perempuan 25% waktu yang digunakan adalah untuk duduk atau berdiri dan 75%
adalah untuk kegiatan kerja khisus dalam bidang pekerjaaannya. Bekerja naik turun tangga,
olahraga ringan. Pekerjaan rumah tangga, berdiri mengisikan batang korek api
(perempuan), mengambil kotak berisi pentul korek api & berjalan
memindahkannya ke sekitar mesin (laki- laki)
Berat
Laki-laki
Perempuan 40% dari waktu yang digunakan adalah
untuk duduk atau berdiri dan 60% untik kegiatan kerja khusus dalam bidang
pekerjaannya. Pekerjaan lapangan, kuli
bangunan, ngeprek/memecah batu (perempuan), berdiri mengangkat balok kayu dan
memasukkannya ke dalam mesin (pada laki-laki)
Sumber :
Prosiding WNPG VIII, 2004
|
Tabel V.1.
Pengelompokan
Beban Kerja Berdasarkan Proporsi Waktu Kerja
Kelompok
aktivitas Jenis kegiatan
Contoh aktivitasRingan
Laki-laki
Perempuan 75% dari waktu yang digunakan adalah untuk duduk atau berdiri
dan 25% untuk kegiatan berdiri dan berpindah (moving)Aktivitas kantor tanpa
olahraga. Aktivitas fisik yang tidak menguras tenaga. Duduk memotong kedua
ujung batang rokok [perempuan). Berdiri di depan mesin memasukan Seng ke
dalam mesin pembuatan tutup kaleng (laki-laki)
Sedang
Laki-laki
Perempuan 25% waktu yang digunakan adalah untuk duduk atau berdiri dan
75% adalah untuk kegiatan kerja khisus dalam bidang pekerjaaannya. Bekerja naik turun tangga,
olahraga ringan. Pekerjaan rumah tangga, berdiri mengisikan batang korek api
(perempuan), mengambil kotak berisi pentul korek api & berjalan
memindahkannya ke sekitar mesin (laki- laki)
Berat
Laki-laki
Perempuan 40% dari waktu yang digunakan adalah
untuk duduk atau berdiri dan 60% untik kegiatan kerja khusus dalam bidang
pekerjaannya. Pekerjaan lapangan, kuli
bangunan, ngeprek/memecah batu (perempuan), berdiri mengangkat balok kayu dan
memasukkannya ke dalam mesin (pada laki-laki)
Sumber :
Prosiding WNPG VIII, 2004
|
13.
|
Kebutuhan gizi
terutama energi dipengaruhi oleh : Usia, Ukuran tubuh, dan Jenis kelamin.
Faktor lain penentu kebutuhan gizi yaitu: Jenis pekerjaan atau aktivitas yang
dilakukan sehari-hari, Keadaan fisiologis, Keadaan khusus; seperti pada
pemulihan kesehatan dan anemia, Keadaan lingkungan kerja. Faktor-faktor tersebut di atas harus
menjadi dasar dalam perhitungan besarnya energi, komposisi zat gizi dan menu
untuk konsumsi pekerja.
|
Kebutuhan energi selama ini dipengaruhi oleh beberapa hal seperti usia,
ukuran tubuh, jenis kelamin, jenis pekerjaan / aktivitas, keadaan fisiologis,
keadaan khusus dan keadaan lingkungan kerja.
|
14.
|
Penilaian
status gizi pekerja perlu dilakukan, karena dengan mengetahui status gizi
pekerja dapat ditentukan kebutuhan gizi yang sesuai serta pemberian
intervensi gizi bila diperlukan.
Penilaian status gizi dilakukan melalui beberapa cara antara lain :
pemeriksaan biokimia, pemeriksaan klinis, pemeriksaan biofisik dan
antropometri.
|
Status gizi sangat penting bagi pekerja, sebab dari situlah kita dapat
menentukan kebutuhan gizi dan pemberian intervensi gizi. Adapun cara
penilaian status gizi dengan cara pemeriksaan biokimia, pemeriksaan klinis,
pemeriksaan biofisik dan antropometri.
|
15.
|
Antropometri
merupakan metode yang paling sering digunakan dalam penilaian status
gizi. Metode ini menggunakan parameter
Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB).
Melalui kedua parameter tersebut, dapat dilakukan penghitungan Indeks
Masa Tubuh (IMT) dengan rumus sebagai berikut
:
|
Metode dalam penilaian status gizi yang paling sering digunakan ialah
antropometri yang menggunakan pengukuran berat badan dan tinggi badan.
|
MODIFIKATOR : UCI KURNIA BELLA
NO
|
NASKAH ASLI
|
NASKAH MODIFIKASI
|
1.
|
5.4 Pasar Tenaga Kerja di Negara Sedang
Berkembang
Salah satu
perintang pembangunan ekonomi dinegara sedang berkembang adalah adanya
ledakan penduduk ( population explotion atau population pressure ). Sehingga
dengan adanya perintang pembangun ekonomi maka munculah teori penduduk
optimum ( optimum population theory ).
|
5.4 PasarTenaga Kerja di Negara Sedang Berkembang
Ledakan penduduk sering disebut sebagai rintangan bagi pembangunan
ekonomi di negara berkembang. Sehingga memunculkan teori penduduk optimum.
|
2.
|
Penduduk
optimum adalah jumlah penduduk yang yang dapat menghasilkan upah riil atau
pendapatan riil perkapita yang maksimum.
Apabila jumlah penduduk bertambah dan menjadi lebih besar dari pada
jumlah penduduk yang optimum ,maka akan berlaku law of diminishing return dan
apabila jumlah penduduk bertambah tetapi belum mencapai jumlah optimumnya
maka akan berlaku increasing return.
|
Sebuah negara dapat dikatakan sebagai negara dengan penduduk optimum jika
jumlah penduduk yang menghasilkan pendapatan rill perkapita yang maksimum.
Jika jumlah penduduk bertambah dan menjadi lebih besar dari jumlah penduduk
yang optimum, maka akan berlaku Law of Dimishing Return. Jika belum
mencapai titik optimum maka akan Increasing Return.
|
3.
|
Kelemahan dari
konsep penduduk optimum adalah tidak dapat menentukan besarnya jumlah
penduduk yang optimum dan banyak perubahan-perubahan seperti selera, sumber
alam dan teknologi sehingga jumlah penduduk optimum dapat berubah-ubah.
|
Kekurangan dari konsep penduduk optimum adalah tidak bisa menentukan
jumlah penduduk optimum dan banyak perubahan selera.
|
4.
|
Untuk
menigkatkan output totalnya di negara sedang berkembanag maka harus diimbangi
dengan penurunan perkembangan penduduk, sehingga penghasilan riil perkapita
akan meningkat
|
Sebuah negara berkembang haruslah diikuti dengan penghasilan rill
perkapita. Cara untuk meningkatkan nya yaitu dengan peningkatan output
sekaligus mengimbangi penurunan angka kelahiran penduduk.
|
5.
|
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan di negara sedang berkembang antara
lain : 1) Tingkat perkembangan penduduk yang tinggi, 2) Struktur umur yang
tidak favorable, 3) Distribusi
penduduk tidak seimbang atau tidak merata, 4) Tenaga kerja tidak terdidik dan
terlatih.
|
Perkembangan penduduk, umur penduduk, distribusi penduduk dan tenaga
kerja harus diperhatikan di negara yang sedang berkembang.
|
6.
|
Peranan
penduduk dalam pembangunan ekonomi, dari segi permintaan, penduduk bertindak
sebagai konsumen dan dari segi penawaran, penduduk bertindak sebagai
produsen. Sehingga perkembangan
penduduk yang cepat tidaklah selalu merupakan penghambat sebagai jalannya
pembangunan ekonomi jika penduduk memiliki kapasitas yang tinggi untuk
menyerap dan menghasilkan hasil produksi.
|
Apabila sebuah negara mampu menyerap penduduknya untuk menghasilkan hasil
produksi maka pembangunan ekonomi dapat dikatakan berhasil. Sebab dalam
pembangunan ekonomi dari segi permintaan penduduk bertindak sebagai konsumen.
Dari segi penawaran penduduk berperan sebagai produsen.
|
7.
|
Dinegara maju,
pertambahan penduduk yang pesat justru akan menaikkan penghasilan riil
perkapita, karena negara ini telah siap dengan tabungan yang akan melayani
kebutuhan investasi. Selain itu
pertumbuhan penduduk yang pesat dinegara maju ini akan menambah potensi
masyarakat untuk menghasilkan dan sebagai sumber permintaan baru.
|
Pertumbuhan penduduk yang pesat akan meningkatkan pendapatan rill
perkapita dan menambah kemampuan masyarakat menghasilkan dan menjadi sumber
permintaan baru.
|
8.
|
Berdasarkan
teori Profesor A.Hansen mengenai stagnasi secular bertambah nya penduduk
memperbesar permintaan agregratif terutam investasi. Menurut pengikut Keynes
melihat tambahan penduduk tidak sekedar sebagai tambahan penduduk tetapi juga
melihat adanya kenaikan dalam daya beli (purchasing power). Sedangkan menurut pengikut Keynes kenaikan
jumlah tenaga kerja disebabkan karena meningkatnya produktivitas dan
meningkatnya permintaan tenaga kerja.
|
Menurut pengikut Keynes pertambahan penduduk juga berpengaruh dengan
presentasi daya beli. Kenaikan jumlah tenaga kerja juga disebabkan meningkatnya
produktivitas dan permintaan tenaga kerja.
|
9.
|
5.4.1 Keadaan Penduduk Sekarang Ini Di Dunia
Ketiga
Sebaliknya
dinegara sedang berkembang perkembangan penduduk malah menghambat
perkembangan ekonomi. Menurut kaum
klasik, akan ada perlombaan antara tingat perkembangan output dengan tingkat
perkembangan penduduk., yang akhirnya dimenangkan oleh perkembangan
penduduk. Jadi bagi Negara yang sedang
berkembang perkembangn penduduk merupakan perintang perkembangan ekonomi
karena negara tersebut sedikit sekali memiliki capital.
|
5.4.1 Keadaan Penduduk Sekarang Ini Di Dunia Ketiga
Masalah yang menjadi penghambat bagi negara berkembang adalah
perkembangan jumlah penduduk. Kaum klasik berpendapat perkembangan penduduk
akan mengalahkan perkembangan output sebuah negara.
|
10.
|
Jadi dinegara sedang berkembang terdapat perbandingan yang tinggi antara
jumlah manusia dengan jumlah faktor produksi yang lain, perkembangan penduduk
yang cepat akan menimbulkan “diseconomies of scale” .Beberapa isu kependuduk
pada dunia ketiga, antara lain; 1) Dunia ketiga mampu memperbaiki standar
hidup penduduknya dengan laju pertumbuhan penduduk seperti sekarang ini; 2)
Bagaimana Negara dunia ketiga dapat mengimbangi kenaikan yang cepat dalam
perembangan angkatan kerja; 3) Apakah akibat laju pertumbuhan penduduk yang
tinggi bagi Negara miskin dalam menghindari kemiskinan absolute; 4) Apakah Negara dunia ketiga akan dapat
memperluas ruang lingkup dan memperbaiki kualitas kesehatan dan sisitem
pendidikan; 5) Seberapa jauh tingkat
hidup yang rendah merupakan faktor yang penting dalam membatasi kebebasan
orang tua untuk menentukan besarnya keluarga; 6) Seberapa jauh meningkatnya
kesejahteraan dan keinginan untuk berkembang lebih jauh diantara Negara yang
telah maju perekonomiannya.
|
Perkembangan penduduk yang cepat akan mengakibatkan munculnya Diseconomies
of Scale atau peningkatan biaya jangka panjang yang terjadi akibat
penambahan input yang melampaui batasnya. Ada beberapa isu kependudukan yang
saat ini terjadi yaitu 1.) bagaimana negara mengimbangi kenaikan jumlah
angkatan kerja. 2.) Apa akibat dari laju pertumbuhan penduduk bagi negara
miskin. 3.) Apakah negara dapat memperluas dan memperbaiki pendidikan dan
kesehatan dinegara tersebut. 4.) Taraf hidup yang rendah dapat membatasi
kebebasan orang tua menentukan besar keluarganya. 5.) Seberapa jauh keinginan
untuk meningkatkan kesejahteraan dan mengembangkan perekonomian di negara
yang telah maju.
|
11.
|
Penduduk dunia tidak seimbang distribusinya berdasarkan atas tingkat
kelahiran. Tingkat kematian dan atas dasar struktur umur. Laju
pertumbuhan penduduk secara kuantitatif diukur sebagai presentasi pertumbuhan
bersih terhadap jumlah penduduk karena pertumbuhan alami natural dan migrasi
internasional bersih. Pertumbuhan ( natural ) adalah perbedaan antara
kelahiran dan kematian.
|
Pertumbuhan adalah perbedaan antara kelahiran dan kematian. Laju
pertumbuhan penduduk sebuah negara dapat diukur dengan pertumbuhan jumlah
penduduk karena pertumbuhan alami dan migrasi internasional.
|
12.
|
5.4.1.1 Trend Fertilitas dan Mortalitas
Perbedaan laju
pertumbuhan penduduk di Negara berkembang dan Negara maju disebabkan oleh
tingkat kelahiran di Negara berkembang lebih tinggi daripada Negara maju.
Sedangkan angka kematian di Negara berkembang lebih tingi daripada Negara
maju. Hal ini disebabkan karena umunya penduduk di Negara berkembang menikah
pada usia muda. Perbedaan angka kematian di Negara Maju dan Berkembang sudah
sangat sempit disebabkan adanya tingkat perbaikan tingkat kesehatan,
perekonomian, pendidikan. Tingkat kelahiran rendah terdapat di negara yang
distribusi pendapatannya lebih merata dan sebaliknya. sehingga Negara ini
akan mengurangi tidak meratanya penghasilan dengan cara menurunkan tingkat
kelahran daripada Negara yang kurang memperhatikan pemerataan hasil
pembangunan ekonomi.
|
5.4.1.1 Trend Fertilitas dan Mortalitas
Pertumbuhan penduduk terjadi disebabkan oleh peningkatan angka kelahiran
di negara berkembang lebih tinggi dibandingkan di negara maju. Tetapi angka
kematian di negara berkembang juga sangat tinggi. Pertumbuhan penduduk ini
disebabkan berbagai faktor seperti tingkat kesehatan, perekonomian dan
pendidikan yang rendah. Tingkat kelahiran yang rendah ini akan mengakibatkan
negara yang memiliki penghasilan tidak rata melakukan penurunan tingkat
kelahiran daripada memperhatikan perekonomiannya.
|
13.
|
Untuk
meningkatkan output tambahan investasi harus cukup besar sehingga dapat
meningkatkan penghasilan riil perkapita. Menurut Malthus Negara berkembang
ditandai dengan oleh adanya perangkap pada keseimbangan pendapatan yang rendah
( low level equilibrium trap ).
|
Meningkatkan investasi sebuah negara harus dilakukan dengan meningkatkan
penghasilan rill perkapita.
|
14.
|
Artinya
tingkat penghasilan yang subsistence apabila penghasilan naik sedikit saja
akan mengakibatkan penduduk berkembang lebih pesat dan lebih tinggi daripada
tingkat perkembangan penghasilan itu sendiri. Akibatnya tingkat penghasilan
perkapita turun sebaliknya penghasilan turun lagi dibawah tingkat
subsistence, penduduk turun jumlahnya dengan tingkat yang lebih cepat
daripada tingkat penurunan jumlah penghasilan. Pada tingkat penghasilan
subsistence ini merupakan keadaan yang stabil ( stable equilibrium ).
|
Keadaan tingkat penghasilan yang stabil atau Stable Equilibrium
adalah keadaan dimana tingkat penghasilan stabil dengan peningkatan penduduk
yang cukup signifikan.
|
15.
|
5.4.1.2 Penduduknya berusia muda
Dinegara yang
sedang berkembang sebagian besar penduduknya berusia muda. Keadaan penduduk
yang seperti ini disebut penduduk berciri expansif. Sehubungan dengan
struktur umur penduduk kita kita kenal dengan” angka beban
tanggungan“(dependency ratio).Angka beban tanggungan (dependency ratio)
adalah perbandingan antara banyaknya orang yang produktif dengan orang yang
tidak produktif. Negara yang
berkembang memiliki angka beban tanggungan yang tinggi karena besarnya jumlah
penuduk usia muda. Proporsi besar penduduk usia muda tidak
menguntungkan dalam pembangunan ekonomi karena : 1) Golongan usia
muda,cenderung untuk memperkecil angka penghasilan perkapita. 2) Banyaknya
alokasi factor-faktor produksi kearah “investasi-investasi social bukan
kapital. 3) Distribusi penduduk yang tidak seimbang.
|
5.4.1.2 Penduduknya berusia muda
Angka beban tanggungan (dependency ratio) adalah perbandingan antara
orang produktif dan tidak produktif. Negara berkembang memiliki angka beban
tanggungan yang tinggi dikarenakan besarnya jumlah penduduk usia muda.
Penduduk usia muda tidak membawa keuntungan bagi pembangunan ekonomi
dikarenakan golongan muda memperkecil penghasilan perkapita, distribusi
penduduk yang tidak seimbang.
|
16.
|
Urbanisasi
biasanya terjadi karena tingkat upah lebih menarik dikota (sektor industri)
dari pada tingkat upah didesa (pertanian). Dinegara sedang berkembang
mengakibatkan adanya ketidak seimbangan perkembangan ekonomi antara sector
industry dengan disektor pertanian.
Keinginan untuk mencapai perkembangan yang seimbang antara kedua
sector merupakan masalah yang tidak mudah diatasi, karena adanya keharusan
dalam membagi jumlah tabungan yang terbatas, diantarainvestasi social dan
investasi capital yang produktif.
|
Urbanisasi atau yang sering kita kenal dengan perpindahan penduduk dari
desa ke kota sering menjadi faktor ketidakseimbangan ekonomi antara sektor
industri dan sekotor pertanian. Oleh karena itu harus ada pembagian jumlah
tabungan yang akan di investasi sosial dan investasi capital yang produktif.
|
17.
|
5.4.1.3 Kualitas tenaga kerja yang rendah
Rendahnya
kualitas penduduk merupakan penghalang pembangunan ekonomi suatu Negara. Hal
ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan
tenaga kerja. Pendidikan merupakan
factor penting bagi berhasilnya pembangunan ekonomi. Menurut Schumaker
pendidikan merupakan sumber daya yang terbesar manfaatnya dibanding
factor-faktor produsi lain.
|
5.4.1.3 Kualitas tenaga kerja yang rendah
Rendahnya pendidikan dan pengetahuan tenaga kerja menjadikan penghalang
pembangunan ekonomi sebuah negara. Pendidikan merupakan sumber daya yang
paling bermanfaat dibandingkan faktor produksi lainnya (Schumaker).
|
18.
|
5.4.2 Ledakan Penduduk
Dari
pengalaman yang ada, laju pertumbuhan penduduk selalu meningkat bagi dunia
secara keseluruhan. Di samping itu jumlah penduduk yang besar secara absolute
akan bertambah lebih cepat daripada jumlah penduduk yang kecil, walaupun laju
pertumbuhannya sama. Faktor utama yang menentukan perkembangan penduduk
adalah; 1) tingkat kematian, 2) tingkat kelahiran, dan 3) tingkat perpindahan
penduduk ( migrasi ).
|
5.4.2 Ledakan Penduduk
Ledakan penduduk sering terjadi di berbagai negara. Faktor yang
menentukan akan pertumbuhan penduduk adalah tingkat kematian, tingkat kelahiran
dan perpindaha penduduk.
|
MODIFIKATOR : DESI AJI
NO
|
NASKAH ASLI
|
NASKAH MODIFIKASI
|
1.
|
5.4.2.1 Tingkat kematian (death
rate)
Ada empat factor yang menyumbang terhadap penurunan tingkat kematian pada
umunya: 1) Adanya kenaikan standar hidup sebagai akibat kemajuan teknolgi dan
meningkatnya produktivitas tenaga kerja serta tercapainya perdamian dunia
yang cukup lama. 2) Adanya perbaikan
pemeliharaan kesehatan umum maupun kesehatan individu. 3) Adanya
kemajuan dalam ilimu kedokteran serta diperkenalkannya lembaga-lembaga
kesehatan umum yang modern. 4) Meningkatnya penghasilan riil perkapita
sehingga orang mampu membiayai hidupnya.
|
5.4.2.1 Tingkat kematian (death
rate)
Berikut beberapa faktor yang menyebabkan penurunan tingkat kematian: 1)
kenaikan taraf hidup akibat kemajuan tekonologi dan peningkatan produktivitas
tenaga kerja. 2) Perbaikan pemeliharaan kesehatan. 3) Kemajuan ilmu
kedokteran dan keseharan umum yang modern. 4) peningkatan penghasilan rill
untuk membiayai hidup.
|
2.
|
5.4.2.2 Tingkat kelahiran (birth rate)
Di Negara
industri pertumbuhan penduduk berlangsung terus disamping adanya penurunan
tingkat kelahian,misalnya di Perancis, Amerika dan Inggris, tingkat
kelahirannya menurun sejak abad ke sembilan belas. Hanya setelah perang dunia
ke-II tingkat kelahiran meningkat dan mempercepat tingkat pertambahan
penduduk. Tingkat kelahiran lebih dihubungkan dengan perkembangan ekonomi
melalui pola-pola kebudayaan seperti: umur perkawinan, status wanitanya,
kedudukannya antara rural dan urban serta sifat-sifat dari sistem famili yang
ada.Professor E.E Hagen, menganggap bahwa tingkat kelahiran itu ditentukan
oleh tingginya tingkat kematian. Tingkat kelahiran disesuaikan dengan
tingginya tingkat kematian dengan maksud agar suatu keluarga memiliki jumlah
anak yang sedikit dan dapat hidup sampai hari tua, sehingga keturunannyadapat
berlangsung.
|
5.4.2.2 Tingkat kelahiran (birth rate)
Tingkat kelahiran dipengaruhi dengan perkembangan ekonomi melalui pola
kebudayaan. Professor E.E Hagen berpendapat tingkat kelahiran bisa ditentukan
dari tingkat kematian. Dengan maksud sebuah keluarga memiliki jumlah anak yang sedikit dan
dapat hidup sampai hari tua, sehingga keturunannya terus dapat berlangsung.
|
3.
|
Disebagaian
besar Negara di Eropa, telah terjadi penurunan kematian yang lambat, kemudian
tingkat kelahiran mulai mengikutinya dalam seperempat abad terakhir dari abad
19. Jadi, pada mulanya tingkat
kematian menurun, sedangkan tingkat kelahiran tetap, yang ini menghasilkan
pembangunan ekonomi. Setelah itu, tingkat kelahiran menurun dengan cepat dan
mengejar cepatnya penurunan tingkat kematian.
|
Di negara Eropa angka kematian sangat rendah akan tetapi tingkat
kelahiran tetap. Hal ini akan menghasilkan pembangunan ekonomi yang baik.
Setelah itu tingkat kelahiran menurun sehingga terjadi pula penurunan tingkat
kematian.
|
4.
|
Guna memperjelas perbedaan pola pekembangan penduduk di
Negara maju dan Negara berkembang dapat dilihat dengan pola transisi
demografi didua kelompok tersebut. Ada tiga tahapan: Tahap I, menggambarkan
keadaan dimana laju pertumbuhan penduduk pada tingkat yang rendah, tetapi
baik tingkat kematian dan tingkat kelahiran tinggi. Tahap II, ditandai dengan
menurunnya tingkat kematian, tetapi tingkat kelahiran tetap tinggi. Tingakat
kematian turun karena adanya perbaikan taraf hidup dan perbaikan kesehatan
dengan berkembangnya ilmu kedokteran.
Tahap III, menunjukkan keadaan dimana tingkat kematian masih terus turun dan
dibarengi pula oleh turunnya tingkat kelahiran, sehingga laju pertumbuhannya
rendah.Perkembangan penduduk di negara maju mengikuti pola
yang diuraikan gambar di atas namun bagi negara berkembang ada negara yang
sudah sampai tahap III, tetapi masih ada juga yang baru sampai pada tahap II
pada tahun 1970-an.
|
Ada beberapa cara untuk melihat perbedaan pola perkembangan penduduk di
negara maju dan negara berkembang yaitu dengan : 1.) Menggambarkan laju
pertumbuhan penduduk yang rendah, tetapi tingkah kelahiran dan kematian
tinggi. 2.) Ditandai dengan menurunnya tingkat kematian, tetapi tingkat
kelahiran tinggi. 3.) Menunjukkan keadaan dimana tingkat kematian dan
kelahiran terus menurun sehingga laju pertumbuhan rendah.
|
5.
|
5.4.2.3 Migrasi
Migrasi mempunyai peranan juga dalam menentukan tingkat pertumbuhan
penduduk. Oleh karena itu tingkat pertumbuhan penduduk tidak dapat
diperhitungkan hanya dari tingkat kematian saja. Bagi negara berkembang migrasi bukan
berarti peningkatan atau pengurangan jumlah penduduk. Perpindahan penduduk
keluar negeri dari negara yang sedang berkembang tidaklah mungkin dapat
terlaksana lagi guna mengurangi kepadatan penduduknya, dengan alasan
kesulitan-kesulitan integrasi sosial dan rendahnya skill di negara yang
mengalami tekanan penduduk tersebut.Dengan
adanya tingkat penurunan kematian yang cepat dan tetap tingginya kelahiran
serta kurang efektifnya migrasi, maka pertumbuhan penduduk akan cepat dan
mengakibatkan terjadinya ledakan penduduk di negara bekembang.
|
5.4.2.3 Migrasi
Kegiatan migrasi juga menjadi peran utama dalam peningkatan pertumbuhan
penduduk. Perpindahan penduduk keluar negeri di negara berkembang tidak
berguna untuk mengurangi kepadatan penduduk. Penurunan kematian yang cepat
dan tingginya kelahiran serta kurang efektifnya migrasi akan berdampak kepada
pertumbuhan penduduk akan cepat dan mengakibatkan terjadinya ledakan penduduk
di negara berkembang. Di negara berkembang migrasi tidak meningkatkan atau
mengurangi jumlah penduduk.
|
6.
|
5.4.3 Pemecahan Masalah
Kependudukan
Ledakan penduduk yang terjadi di
negara–negara sedang berkembang menerapkan suatu kebijakan dari sudut tingkat
kematian untuk mengurangi tingkat pertumbuhan penduduk dan juga program
keluarga berencana sudah banyak dilaksanakan oleh sebagian besar negara –
negara sedang berkembang.
|
5.4.3 Pemecahan Masalah
Kependudukan
Ledakan penduduk di negara berkembang menimbulkan kebijakan untuk
mengurangi pertumbuhan penduduk dan program KB yang telah terlaksana di
beberapa negara.
|
7.
|
Walupun
program keluarga berencana telah diterima hampir semua negara belum semua
penduduk yang tinggal di negara – negara itu melaksanakan program tersebut
yang disebabkan: 1) Adanya kemelaratan dan buta huruf di negara–negara sedang
berkembang bersamaan itu juga organisasi sosial yang masih bersifat
tradisional. 2) Perkembangan ilmu
obat–obatan dan ilmu kesehatan masih merupakan faktor-faktor fisikologi dari
orang–orang yang akan menjadi akseptor.
|
Program Keluarga Berencana (KB) sudah berjalan di beberapa negara akan
tetapi masih ada negara yang belum bisa menerapkan program ini disebabkan
beberapa hal seperti kemelaratan dan buta huruf yang terjadi di penduduk dan
perkembangan ilmu kesehatan yang masih awam di negara tersebut.
|
8.
|
5.4.4 Pemanfaatan Sumber Daya Manusia
5.4.4.1 Konsep Ketenagakerjaan
Tidak semua
penduduk dapat bertindak sebagai faktor produksi. Hanya penduduk yang berupa
tenaga kerja (human power) yang dapat dianggap sebagai faktor produksi.
Tenaga kerja adalah penduduk pada usia kerja yaitu antara 15 sampai 64 tahun,
dan dapat digolongkan menjadi dua yaitu angkatan kerja (labor force) dan
bukan angkatan kerja. Yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah penduduk
yang bekerja dan penduduk yang belum bekerja, namun siap bekerja atau sedang
mencari pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku. Kuantitas dan kualitas
angkatan kerja lebih rendah di negara-negara sedang berkembang dari pada di
negar-negara maju karena sebagian besar penduduk di negara berkembang berusia
muda.Apabila dilihat dari sudut tenaga kerjanya, maka akan ada pergeseran
tenaga kerja yang membarengi pembangunan itu dari sektor pertanian ke
sektor-sektor industri dan perdagangan atau jasa.
|
5.4.4 Pemanfaatan Sumber Daya Manusia
5.4.4.1 Konsep Ketenagakerjaan
Tenaga kerja adalah penduduk sebuah negara yang berusia 15 tahun hingga
64 tahun. Angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan penduduk yang belum
bekerja namun sedang mencari pekerjaan. Kualitas dan kuantitas angkatan kerja
di negara berkembang lebih rendah dibanding
negara maju. jika dilihat dari sudut tenaga kerja maka terjadi
pergeseran tenaga kerja yang diikuti dengan pembangunan ekoomi.
|
9.
|
5.4.4.2 Macam-macam pengangguran
Dalam
pembangunan ekonomi ada tenaga-tenaga manusia yang disebut menganggur dan
setengah menganggur. Jumlah tenaga kerja yang menganggur, cukup banyak di
negara-negara yang padat penduduknya. Di negara-negara sedang berkembang
pengangguran dapat digolongkan ke dalam 3 jenis, yaitu: 1) Pengangguran yang
kelihatan (Visible Underemployment).
Hal ini timbul apabila jumlah waktu kerja yang sungguh-sungguh
digunakan lebih sedikit daripada waktu kerja yang disediakan untuk bekerja.
Visible Underemployment dapat dibagi dua yaitu pengangguran kronis (chronic
underemployment) dan pengangguran musiman (seasonal underemployment).
Jelasnya, pengangguran yang ketara (visiblenunderemployment) timbul karena
kurangnya kesempatan kerja. 2) Pengangguran Tak-Ketara (Invisible Underemployment
atau Disguised Underemployment). Pengangguran jenis ini terjadi apabila para
pekerja telah menggunakan waktu kerjanya secara penuh dalam suatu pekerjaan
dapat ditarik ke sektor-sektor atau pekerjaan lain tanpa mengurangi output
disektor yang ditinggalkan. 3) Pengangguran Potensial (Potential
Underemployment), pengangguran potensial dapat diartikan bahwa para pekerja
dalam suatu sektor dapat ditarik dari sektor tersebut tanpa mengurangi
output, tetapi harus dibarengi dengan perubahan-perubahan fundamental dalam
metode produksi yang memerlukan pembentukan kapital yang berarti. Dengan
katalain pengangguran tercipta akibat adanya perubahan teknologi.
|
5.4.4.2 Macam-macam pengangguran
Dalam pereekonomian ada manusia yang bisa disebut menganggur dan setengah
menganggur .
Jumlah tenaga kerja yang menganggur, cukup banyak di negara-negara yang padat
penduduknya. Di negara-negara sedang berkembang pengangguran dapat
digolongkan ke dalam 3 jenis, yaitu: 1) Pengangguran yang kelihatan (Visible
Underemployment). Hal ini timbul jika jumlah waktu kerja yang
sungguh-sungguh digunakan
lebih sedikit daripada waktu kerja yang disediakan untuk bekerja.Visible
Underemployment dapat dibagi dua yaitu pengangguran kronis (chronic
underemployment) dan pengangguran musiman (seasonal underemployment).
Jelasnya, pengangguran yang ketara (visiblenunderemployment) timbul karena
kurangnya kesempatan kerja. 2) Pengangguran Tak-Ketara (Invisible
Underemployment atau Disguised Underemployment). Pengangguran ini terjadi apabila pekerja telah menggunakan waktu
kerjanya secara penuh dalam suatu pekerjaan dapat ditarik ke sektor-sektor
atau pekerjaan lain tanpa mengurangi output disektor yang ditinggalkan.3)
Pengangguran Potensial (Potential Underemployment), pengangguran potensial
dapat diartikan bahwa para pekerja dalam suatu sektor dapat ditarik dari
sektor tersebut tanpa mengurangi output, tetapi harus dibarengi dengan
perubahan-perubahan fundamental dalam metode produksi yang memerlukan
pembentukan kapital yang berarti. Dengan katalain pengangguran tercipta
akibat adanya perubahan teknologi.
|
10.
|
5.4.4.3 Kualitas Tenaga Kerja
Tenaga kerja
adalah salah satu faktor yang mempengaruhi Pendapatan Nasional. Dan selama ini
kita hanya memperhatikan segi kuantitasnya saja, kita beranggapan bahwa kalau
jumlah tenaga kerja meningkat, maka jumlah produktifitas juga meningkat.
Pernyataan tersebut tidak seluruhnya benar, karena walaupun jumlah tenaga
kerja itu tidak berubah, tetapi bila kualitas dari tenaga kerja tersebut
lebih baik atau meningkat, maka tingkat produksi juga akan mengalami
peningkatan.Selama ini kita beranggapan bahwa, tingkat produksi hanya
tergantung pada jumlah tenaga kerja, maka kita menganggap tenaga kerja itu
bersifat homogen. Padahal dalam kenyataannya, tenaga kerja itu bersifat
heterogen baik dilihat dari jenis kelamin, usia, kemampuan kerja, dan
sebagainya. Oleh karena itu dalam merencanakan pertumbuhan ekonomi, perlu
adanya perencanaan tenaga kerja (man power planning) secara tepat. Sehingga
suatu negara harus mampu memperkirakan, misalnya jumlah tenaga dokter, tenaga
guru, tenaga tukang, akuntan, sekretaris, ahli teknik untuk lima sampai
sepuluh tahun yang akan datang.
|
5.4.4.3 Kualitas Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah
salah satu faktor yang mempengaruhi Pendapatan Nasional. Sampai saat ini kita beranggapan bahwa jika jumlah tenaga kerja
meningkat maka jumlah produktifitas juga akan meningkat. Selama ini
kita beranggapan bahwa, tingkat produksi hanya tergantung pada jumlah tenaga
kerja, maka kita menganggap tenaga kerja itu bersifat homogen. Padahal dalam
kenyataannya, tenaga kerja itu bersifat heterogen baik dilihat dari jenis
kelamin, usia, kemampuan kerja, dan sebagainya. Jadi , perencanaan tenaga kerja harus dilakuaknan secara tepat. Sehingga
suatu negara harus mampu memperkirakan, misalnya jumlah tenaga dokter, tenaga
guru, tenaga tukang, akuntan, sekretaris, ahli teknik untuk lima sampai
sepuluh tahun yang akan datang.
|
11.
|
Dalam hubungan
ini perlu dijelaskan bahwa hubungan tingkat upah dengan penawaran tenaga
kerja perseorangan berbeda dengan hubungan antara tingkat upah dengan
penawaran tenaga kerja secara keseluruhan. Hubungan anatara tingkat upah dan
penawaran tenaga kerja perseorangan sering ditunjukkan oleh kurva penawaran
tenaga kerja yang berbelok ke belakang (backward bending supply curve). Ini
berarti bahwa setelah tingkat upah tertentu, naiknya tingkat upah tidak akan
mendorong seseorang untuk bekerja lebih lama atau lebih giat, karena pada
tingkat pendapatan yang relatif tinggi orang ingin hidup lebih santai.
|
Jadi hubungan tingkat upah dengan penawaran tenaga kerja perseorangan
berbeda dengan hubungan tingkat upah
dengan penawaran tenaga kerja keseluruhan. Dalam perseorangan cenderung ditunjukkan oleh kurva penawaran tenaga
kerja yang berbelok ke belakang (backward bending supply curve). Tinggi nya tingkat upah bukan berarti membuat orang
beerja terus menerus karena pada tingkat uapah yang tinggi orang akan lebih
hidup santai.
|
12.
|
Tetapi
hubungan antara tingkat upah dengan penawaran tenaga kerja secara keseluruhan
adalah semakin tinggi tingkat upah maka masih akan mendorong semakin banyak
orang untuk masuk ke pasar tenaga kerja. Orang-orang yang tadinya tidak mau
bekerja pada tingkat upah rendah akan bersedia bekerja pada tingkat upah yang
lebih tinggi.
|
Hubungan antara tingkat upah dengan penawaran tenaga kerja secara
keseluruhan adalah semakin tinggi gaji yang diterima maka semakin tinggi
tingkat kemauan orang untuk bekerja. Dan orang-orang yang tadi nya tidak mau
bekerja karena gaji yang rendah akan mau bekerja dalam gaji yang tinggi.
|
13.
|
Dari uraian
diatas diperoleh bahwa usaha kita untuk meningkatkan pendapatan nasional
adalah lewat peningkatan jumlah tenaga kerja untuk diikutkan dalam kegiatan
produksi. Peningkatan tersedianya jumlah tenaga kerja untuk proses produksi
itu dapat terlihat dari orang ataupun jumlah hari kerja orang maupun jam
kerja orang, karena dapat saja jumlah orang tetap tetapi jumlah hari kerja
orang atau jumlah jam kerja orang bertambah.
|
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa usaha kita untuk meningkat
kan pendapatan nasional adalah melalui penigkatan jumlah tenaga kerja untuk
diikutkan dalam kegiatan produksi. Peningkatan tersedianya jumlah tenaga kerja
untuk proses produksi itu dapat terlihat dari orang ataupun jumlah hari kerja
orang maupun jam kerja orang, karena dapat saja jumlah orang tetap tetapi
jumlah hari kerja orang atau jumlah jam kerja orang bertambah.
|
14.
|
Sekarang
bagaimana supaya jumlah jam kerja yang disediakan untuk bekerja itu
meningkat. Untuk itu perlu diketahui bahwa tersedianya jam kerja untuk proses
produksi itu dipengaruhi oleh kemauan dan kemampuan untuk bekerja. Artinya
jika orang mau bekerja tetapi tidak mampu bekerja sama dengan orang yang
mampu bekerja tetapi tidak mau bekerja. Oleh karena itu, kita harus sanggup
mencari faktor-faktor apa yang dapat meningkatkan kemampuan dan kemauan
seseorang untuk bekerja. Berdasar teori ekonomi, bahwa kemauan seseorang
untuk bekerja itu dipengaruhi oleh tingkat upah yang ada.
|
Bagaiman Cara agar waktu jam kerja
yang ada di gunakan sebaik-baiknya.Perlu kita ketahui kemauan dan kemampuan
dalam bekerja dilihat dari tersedianya jam kerja. Oleh sebab itu kita harus
mencari sebab-sebab yang dapat meningkat kan kemmapuan dan kemauan seseorang
untuk bekerja.
Berdasar teori ekonomi, bahwa kemauan seseorang untuk bekerja itu dipengaruhi
oleh tingkat upah yang ada.
|
15.
|
Semakin tinggi
tingkat upah, semakin tinggi pula kemauan seseorang untuk bekerja. Sedangkan
kemampuan untuk bekerja seseorang dipengaruhi oleh keadaan kesehatan dan
kecakapannya, keterampilan dan keahliannya. Selanjutnya tingkat kesehatan
dipengaruhi oleh keadaan gizi dan lingkungannya; sedangkan kecakapan,
keterampilan, dan keahlian dipengaruhi oleh tingkat pendidikan baik formal
maupun nonformal.
|
Keinginan seseorang untuk bekrja tergantung pada tingkat upah atau gaji
yang diterima. Sedangkan kemampuan nya dalam bekerja tergantung dari
kesehatan yang di dapat dari gizi
serta keahlian yang di dapat dari pendidikan baik formal maupun non
formal.
|
Daftar
Pustaka
Sangat baik untuk pembaca
BalasHapusGood job
BalasHapus